Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. (UNSP) membukukan penjualan sebesar Rp1,14 triliun per September 2017, turun 1,72% secara year on year (yoy).
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan Rabu (20/12), manajemen menyebutkan penjualan neto per kuartal III/2017 mencapai Rp1,14 triliun ditopang segmen kelapa sawit dan turunannya senilai Rp738,60 miliar, karet sejumlah Rp380,26 miliar, dan tandan buah segar atau TBS sebesar Rp21,58 miliar.
"Dari sisi geografis, pasar domestik mendominasi kontribusi penjualan sebesar Rp1,12 triliun, sedangkan ekspor hanya Rp21,58 miliar," papar manajemen.
Direktur & Investor Relations Bakrie Sumatera Plantations Andi W. Setianto menyampaikan, perseroan optimistis kinerja akan terus membaik pada tahun ini. Apalagi, berdasarkan siklus, produksi sawit biasanya mencapai puncaknya pada semester kedua setiap tahun.
"Kinerja perseroan mendapat pengaruh dari fluktuasi harga komoditas CPO serta diskon harga jual CPO domestik akibat kebijakan CPO Fund Pemerintah memungut US$50 per ton untuk subsidi program biodiesel nasional," tuturnya dalam siaran pers.
Menurut Andi, harga komoditas sawit utama, yaitu CPO di CIF Rotterdam berfluktuasi dari level bulanan US$800 per ton pada Januari 2017. Harga sempat merosot ke US$650 pada Juli 2017, kemudian meningkat kembali ke level US$720 pada September 2017.
Baca Juga
Perseroan juga telah melakukan inovasi melalui pengembangan bibit unggul untuk menghasilkan produksi buah sawit lebih banyak dengan luasan lahan kebun yang sama. Produktivitas bibit unggul bisa menghasilkan 35 ton buah sawit per hektare dan ekstraksi CPO 23%, atau sekitar 8 ton CPO per hektare per tahun.
"Dengan bibit unggul, luas lahan kebun tidak perlu bertambah, tetapi menghasilkan produksi CPO berlipat ganda," paparnya.
Luasan tanaman menghasilkan mencapai 74.818 hektare, naik dari sebelumnya 72.704 hektare. Lahan produktif paling luas berada di Kisaran, Sumatera Utara, dengan area 18.842 hektare.
Adapun luasan area belum produktif per kuartal III/2017 menyusut menjadi 8.313 hektare dari sebelumnya 12.282 hektare. Lahan belum menghasilkan paling besar berada di Kalimantan Selatan seluas 3.952 hektare.