Bisnis.com, JAKARTA—PT Bank OCBC NISP Tbk. telah menetapkan kupon bagi penerbitan Obligasi Berkelanjutan II Bank OCBC NISP Tahap III Tahun 2017 senilai maksimal Rp2 triliun masing-masing Seri A 6,15%, Seri B 6,75%, dan Seri C 7,20%.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Rabu (22/11/2017), PT Bank OCBC NISP Tbk. akan menerbitkan obligasi ini dengan nilai masing-masing Seri A tenor 370 hari Rp975 miliar, Seri B tenor 2 tahun Rp175 miliar, dan Seri C tenor 3 tahun Rp609 miliar.
Dengan demikian, totalnya adalah senilai Rp1,76 triliun, lebih rendah dari target awal penerbitan ini senilai maksimal Rp2 triliun. Ini merupakan hasil dari masa penawaran awal atau bookbuilding telah dimulai pada 1 November 2017 lalu dan berlangsung hingga 15 November 2017 lalu.
Manajemen perseroan menungkapkan bahwa obligasi yang mendapat peringkat idAAA dari Pefindo ini dijamin secara kesanggupan penuh (full commitment). Pembayaran Obligasi dilakukan secara penuh (bullet payment) pada saat tanggal jatuh tempo, yakni 12 Desember masing-masing Seri A pada 2018, Seri B 2019, dan Seri C 2020.
“Obligasi ini tidak dijamin dengan jaminan khusus, tetapi dijamin dengan seluruh harta kekayaan perseroan, baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak, baik yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari,” ungkap manajemen perseroan dalam keterbukaan informasi.
Perseroan dapat melakukan pembelian kembali obligasi dengan ketentuan pembelian kembali obligasi ditujukan sebagai pelunasan atau disimpan untuk kemudian dijual kembali dengan harga pasar .
Pelaksanaan pembelian kembali obligasi ini dilakukan melalui bursa efek atau diluar bursa efek dan baru dapat dilakukan 1 tahun setelah tanggal penjatahan.
Pembelian kembali obligasi tidak dapat dilakukan apabila hal tersebut mengakibatkan perseroan tidak dapat memenuhi ketentuan-ketentuan di dalam perjanjian perwaliamanatan.
Pembelian kembali tidak dapat dilakukan apabila perseroan melakukan kelalaian (wanprestasi) sebagaimana dimaksud dalam perjanjian perwaliamanatan, kecuali telah memperoleh persetujuan RUPO.
Perseroan hanya menerbitkan sertifikat jumbo obligasi dan didaftarkan atas nama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan akan didistribusikan dalam bentuk elektronik yang diadministrasikan dalam penitipan kolektif di KSEI.
Para penjamin pelaksana emisi obligsi ini yakni Indo Premier Sekuritas BNI Sekuritas, NISP Sekurits, OCBC Sekuritas, RHB Sekuritas, dan Trimegah Sekuritas.
Rencananya, dana senilai Rp2 triliun dari penerbitan obligasi ini akan digunakan seluruhnya untuk pertumbuhan usaha dalam bentuk pemberian kredit.
Masa penawaran umum akan berlangsung pada 5 – 7 Desember 2017, penjatahan pada 8 Desember 2017 dan pembayaran dari investor pada 11 Desember 2017.
Distribusi obligasi akan dilakukan pada 12 Desember 2017 dan pencatatan di BEI pada 13 Desember 2017.
Indo Premier Sekuritas mencatat sejumlah pertimbangan investasi atas obligasi ini. Pertama, reputasi Bank OCBC NISP yang baik di industri perbankan, telah teruji dalam rentang waktu yang panjang selama 76 tahun disertai akselerasi pertumbuhan bisnisnya yang menjanjikan dari waktu ke waktu.
Kedua, perseroan memperoleh dukungan kuat dan berkesinambungan dari OCBC Group sebagai pemegang saham pengendali, terutama segi permodalan, branding, pengelolaan risiko, alih teknologi dan human resources.
Ketiga, perseroan dikelola oleh manajemen yang profesional, yang memiliki pengalaman yang panjang di perbankan dan bidangnya masing-masing (rata-rata di atas 20 tahun)
Keempat, obligasi ini merupakan salah satu efek utang dengan peringkat tertinggi, yang merefleksikan kemampuan tinggi dari Bank OCBC NISP dalam memenuhi kewajiban finansial jangka panjang.
Kelima, track record yang baik di pasar obligasi, sebagai bank pertama yang menerbitkan Obligasi Valas dan Obligasi Subordinasi di Indonesia serta senantiasa membayar seluruh kewajiban bunga dan melunasi penerbitan obligasi senior maupun obligasi subordinasi secara tepat waktu sesuai dengan jatuh temponya.
Adapun, pemegang saham perseroan yakni OCBC Overseas Investment Pte. Ltd. sebesar 85,08% dan masyarakat umum dengan kepemilikan di bawah 5% mencapai 14,92%.