Bisnis.com, JAKARTA—Lemahnya penjualan obligasi ritel Indonesia tahun 2017 atau ORI014 tampaknya tidak membahayakan target penerbitan surat berharga negara (SBN) untuk menutupi target defisit anggaran tahun ini,
Berdasarkan pengumuman Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Senin (23/10/2017), total volume pemesanan ORI014 hanya senilai Rp8,98 triliun.
Nilai itu hanya sekitar 67% dari target atau angka kesanggupan awal pada agen penjual yakni Rp13,39 triliun. Dari total pemesanan tersebut, Kementerian Keuangan menetapkan hasil penjualan dan penjatahan ORI014 senilai Rp8,95 triliun.
Pemerintah menyebut, dengan memperhitungkan penerbitan ORI014 senilai Rp8,95 triliun yang akan dilakukan settlement pada Rabu (25/10/2017), maka realisasi SBN neto diperkirakan mencapai Rp407,41 triliun. Nilai itu setara 94,1% dari target SBN neto tahun ini sebesar Rp432,96 triliun.
Di sisi lain, pada kuartal keempat tahun ini, pemerintah masih memiliki sisa lelang surat utang negara (SUN) sebanyak 3 kali dan lelang sukuk 4 kali.
Sisa lelang ini mestinya cukup untuk menutupi kebutuhan defisit anggaran tahun ini dengan asumsi tidak ada pembengkakan defisit akibat shortfall pajak yang terlampau lebar.
Pada kuartal keempat ini pemerintah menargetkan menerbitkan Rp101,7 triliun melalui lelang SBN di luar obligasi global, oblitasi ritel, dan penempatan pribadi. Dalam tiga lelang bulan ini, pemerintah sudah mengeluarkan Rp47,35 triliun.
Artinya, dengan asumsi sisa lelang SUN 3 kali lagi dan lelang sukuk 4 kali lagi, pemerintah hanya perlu menyerap Rp11,45 triliun per lelang pada tiga lelang SUN dengan asumsi penyerapan per lelang sukuk adalah Rp5 triliun.
Pada lelang SUN pekan lalu, pemerintah menyerap penawaran yang masuk hingga batas maksimal per lelang, yakni Rp22,5 triliun. Padahal, penawaran yang masuk saat itu sebesar Rp34,94 triliun relatif lebih rendah dibandingkan lelang-lelang pada Agustus-September 2017 yang rata-rata mencapai lebih dari Rp50 triliun.