Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara melanjutkan penguatan di hari ketiga pada akhir perdagangan kemarin, Selasa (5/9/2017) karena China mengisyaratkan untuk membatasi kapasitas dan permintaan pembangkit listrik di Eropa meningkat.
Pada perdagangan Selasa, harga batu bara untuk kontrak Januari 2018, kontrak teraktif di bursa komoditas Rotterdam, ditutup menguat 1,13% atau 0,95 poin di US$84,85/metrik ton.
Adapun pada sesi perdagangan Senin, (4/9), harga batu bara kontrak Januari 2018 ditutup menguat 1,64% atau 1,35 poin ke level US$83,90/metrik ton.
Ioannis Masvoulas, analis logam dan pertambangan di RBC Europe Ltd mengatakan kebijakan China untuk memperbaiki industri batubara, baja dan aluminiumnya dapat membatasi pasokan komoditas tersebut di saat kebutuhan masih besar.
"Dorongan pemerintah membantu secara besar-besaran. Ini mendorong permintaan lebih tinggi untuk baja dan batu bara dan sebagai hasilnya risiko penurunan jauh lebih terbatas,” ungkap Ioannis, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (6/9/2017).
Sejalan dengan batu bara, harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik ke level tertinggi dalam lebih dari tiga pekan pada perdagangan Selasa, saat sejumlah kilang dan pipa minyak melanjutkan operasinya setelah sempat terdampak badai Harvey.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober ditutup menguat US$1,37 di US$48,66 per barel di New York Mercantile Exchange. Pada awal sesi perdagangan, kontrak WTI bahkan sempat melesat 3,6%, penguatan intraday terbesar sejak 25 Juli.
Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman November berakhir naik US$1,04 di US$53,38 per barel, di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.
Sejumlah perusahaan penyuling, di antaranya Valero Energy Corp. dan Citgo Petroleum Corp., berupaya membuat pabriknya di Texas kembali ke kondisi semula.
Pergerakan harga batu bara kontrak Januari 2018 di bursa Rotterdam
Tanggal | US$/MT |
5 September | 84,85 (+1,13%) |
4 September | 83,90 (+1,64%) |
1 September | 82,55 (+0,55%) |
31 Agustus | 82,10 (-1,68%) |
30 Agustus | 83,50 (-0,54%) |
Sumber: Bloomberg