Bisnis.com, JAKARTA--Mandiri Sekuritas mengantongi mandat penjamin pelaksana penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dari 8 perusahaan dan penjaminan emisi obligasi dari 20 perusahaan.
Silvano Rumantir, Direktur Utama Mandiri Sekuritas, mengatakan mandat underwriting IPO berasal dari tiga perusahaan swasta dan lima anak usaha BUMN. Kendati begitu, belum dapat dipastikan kapan rencana IPO akan direalisasikan.
Berdasarkan catatan Bisnis, sejumlah anak usaha perusahaan BUMN yang menjajaki IPO di Bursa Efek Indonesia, yakni PT Garuda Maintenance Facility, PT PP Presisi, PT PP Peralatan, PT PP Pracetak, PT Wika Realty, dan PT Adhi Persada Gedung.
"Dari sisi IPO equity ada delapan perusahaan dalam pipeline, tetapi belum tentu semua tahun ini. Yang swasta kebanyakan mundur ke semester I tahun depan," ujar Silvano di Gedung Bursa Efek Indonesia.
Menurut Silvano, tiga perusahaan swasta yang memberikan mandat underwriting kepada perusahaan efek pelat merah ini berasal dari perusahaan cat, perusahaan pipa, dan perusahaan produsen peralatan rumah tangga.
Produsen cat yang dimaksud, yakni PT Avia Avian yang berada di bawah bendera Grup Tanobel. Perusahaan tersebut membidik dana sekitar Rp2 triliun dari penerbitan saham perdana di Bursa Efek Indonesia.
Selain PT Avia Avian, PT Wavin Duta Jaya dan PT Maspion merupakan dua perusahaan sektor manufaktur yang berencana untuk menggelar IPO dalam waktu dekat.
"Maspion belum bulat mau IPO atau tidak karena mereka ada beberapa pilihan yang sedang dipertimbangkan seperti global bond atau investor strategis masuk ke perusahaannya. Tetapi kalau mereka mau IPO, kami secara verbal sudah dapat mandat," ungkapnya.
Sepanjang tahun ini, Mandiri Sekuritas baru terlibat dalam satu aksi IPO, yakni PT Hartadinata Abadi Tbk. yang meraup dana segar sebesar Rp330 miliar dan listing pada 21 Juni 2017.
Selain IPO saham, Mandiri Sekuritas juga cukup banyak mengantongi mandat emisi obligasi korporasi pada tahun ini. Pada semester I/2017, Mandiri Sekuritas menjadi pemimpin pasar dengan total nilai emisi Rp15,6 triliun dan pangsa pasar sekitar 15%.
"Pipeline emisi obligasi ada 20 perusahaan. Nilai dan tenornya macam-macam," kata Silvano.
Silvano menambahkan penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin kelevel 4,5% berpotensi menjadi sinyal positif yang mendorong penurunan yield surat utang pemerintah. Sejalan dengan itu, tingkat imbal hasil penerbitan obligasi korporasi berpeluang melandai.
"Kalau yield SUN turun, harusnya corporate bond juga lebih kompetitif. Fund rising lewat penerbitan obligasi jadi lebih affordable buat perusahaan," pungkasnya.