Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Indo Tambangraya Megah Naik 188,62%

PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) mencatatkan penaikan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar 188,62% menjadi US$105,29 juta pada semester I/2017 dibandingkan dengan US$36,48 juta pada semester I/2016.
Karyawati berbincang di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (21/7)./JIBI-Nurul Hidayat
Karyawati berbincang di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (21/7)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) mencatatkan penaikan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar 188,62% menjadi US$105,29 juta pada semester I/2017 dibandingkan dengan US$36,48 juta pada semester I/2016.

Dalam laporan keuangan perseroan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia, Jumat (11/8/2017), menunjukkan penaikan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk didorong dengan meningkatnya pendapatan bersih sebanyak 22,85% dari US$609,48 juta pada semester I/2016 menjadi US$748,78 juta pada semester I/2017.

Kendati demikian beban pokok penjualan juga mengalami kenaikan 8,76% menjadi US$536,24 juta pada semester I/2017 dari US$493,06 juta pada semester I/2016. Alhasil, laba kotor melonjak 82,58% menjadi US$212,54 juta pada paruh pertama tahun ini dari US$116,41 juta pada paruh pertama tahun lalu.

Kinerja yang moncer tersebut mendorong EBITDA Grup pada kuartal II/2017 mencapai US$215 juta. Meski secara kuartalan flat, tetapi pencapaian EBITDA grup pada kuartal II/2017 lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan dari pencapaian tahun lalu.

Banpu Plc, induk dari ITMG mengungkapkan pada kuartal II/2017, penjualan batu bara dari operasi di Indonesia meningkat tipis sebesar 3%, tetapi jika dibandingkan tahun sebelumnya pencapaian tersebut turun 11% akibat hujan yang masih melandai.

Manajemen Banpu dalam keterangan resminya, Jumat (11/8/2017), mengungkapkan sepanjang tahun ini, semua perusahaan pertambangan mengalami hujan terlebat dalam tujuh tahun terakhir.

“Kondisi cuaca yang tidak biasa ini tampaknya akan berdampak bagi performa produksi pada jangka pendek,” tulis manajemen dalam keterangan resmi tersebut.

Namun demikian, pendapatan dari penjualan batu bara meningkat 5% secara kuartalan dan bahkan melompat 33% secara tahunan didorong oleh meningkatnya harga batu bara. Harga rata-rata penjualan (average selling price/ASP) mencapai US$70,43 per ton, atau meningkat 2% secara kuartalan dan naik 52% secara tahunan. Meningkatnya harga batu bara tersebut memungkinkan perseroan untuk mengoptimalisasi rencana penambangan di sejumlah area.

Dalam keterangan tersebut, Banpu mengungkapkan total produksi batu bara dari operasi di Indonesia pada kuartal II/2017 sebanyak 4,93 juta ton. Jumlah tersebut terdiri dari Indominco East Block sebesar 2,82 juta ton, Indominco West Block sebanyak 0,35 juta ton, Trubaindo sebanyak 0,94 juta ton, Bharinto sebanyak 0,45 juta ton, Jorong sebanyak 0,18 juta ton dan Kitadin Embalut sebanyak 0,2 juta ton.

Jumlah produksi pada kuartal II/2017 tersebut turun 4,27% dari kuartal I/2017 yang mencatatkan jumlah produksi 5,15 juta ton. Atau turun 18,38% jika dibandingkan dengan pencapaian produksi pada kuartal II/2016 yang mencatatkan produksi sebesar 6,04 juta.

Kendati demikian, operasi di Indonesia memang mencatatkan kenaikan volume penjualan batu bara pada kuartal II/2017 menjadi 5,34 juta ton atau meningkat 3,49% dibandingkan kuartal I/2017 yang hanya mencatatkan 5,16 juta ton. Namun, jika dibandingkan pada kuartal II/2016, jumlah tersebut turun 12,46% dari 6,1 juta ton.

Operasi Banpu di Indonesia, sebagian besar masih ditopang oleh tambang Indominco yang mencatatkan pendapatan dari penjualan batu bara sebesar US$212,35 juta pada kuartal II/2017.

Tambang Trubaindo menyusul di peringkat kedua dengan mencatatkan pendapatan dari penjualan batubara sebanyak US$90.92 juta. Tambang Bharinto, Jorong dan Kitadin Embalut menyusul masing-masing dengan US$48,65 juta, US$10,08 juta dan US$13,8 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lukas Hendra TM

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper