Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketika AISA 'Dihukum' Triliunan Rupiah di Pasar

Di tengah situasi abu-abu terkait tuduhan pemalsuan kualitas beras yang mendera PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk., secara tak disangka harga saham emiten berkode AISA itu ditutup naik 4,1% pada Senin (24/7/2017).
Polisi menyegel gudang penyimpanan beras yang dipalsukan kandungan karbohidratnya dari berbagai merk di gudang beras PT Indo Beras Unggul, di kawasan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (20/7) malam./ANTARA-Risky Andrianto
Polisi menyegel gudang penyimpanan beras yang dipalsukan kandungan karbohidratnya dari berbagai merk di gudang beras PT Indo Beras Unggul, di kawasan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (20/7) malam./ANTARA-Risky Andrianto

Bisnis.com, JAKARTA--Di tengah situasi abu-abu terkait tuduhan pemalsuan kualitas beras yang mendera PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk., secara tak disangka harga saham emiten berkode AISA itu ditutup naik 4,1% pada Senin (24/7/2017).

Kasus yang mendera AISA bermula pada Kamis (20/7/2017) malam di Jalan Rengasbandung Km 60, Kedungwaringin, Bekasi, Jawa Barat.

Ketika itu, Satgas Pangan yang terdiri dari Mabes Polri, Kementerian Pertanian (Kementan), dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melakukan penggerebekan atas pabrik beras di lokasi tersebut yang merupakan milik PT Info Beras Unggul (IBU), anak usaha AISA.

Dalam penggerebekan itu, Satgas Pangan mengklaim telah mengamankan beras 1.162 ton jenis IR 64 yang akan dijadikan beras premium dan dijual dengan harga tiga kali lipat di pasaran.

Turut dalam penggerebekan itu, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Ketua KPPU Syarkawi Rauf, Ketua Satgas Pangan Irjen Setyo Wasisto, dan Sekjen Kementerian Perdagangan Karyanto Suprih.

Menurut Kapolri, dalam label kemasan tertulis kandungan karbohidrat dalam beras itu 25%, sementara berdasarkan hasil pengecekan laboratorium kandungan karbohidratnya mencapai 81,45%.

"Jadi, ini bukan jenis premium, tapi dijual dengan harga premium. Masyarakat berarti tertipu," kata Kapolri.

Polisi pun menyegel dan memasang garis polisi di pabrik dan gudang beras untuk keperluan penyelidikan dan penyidikan. Polisi masih mengejar para pelaku dan mengidentifikasi tersangka utama, pembantu, serta unsur lain yang terkait kasus ini.

Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan temuan ini merupakan yang terbesar jika dilihat dari kuantitas beras yang ditimbun.

Dalam kasus ini, kerugian Pemerintah Indonesia diperkirakan lebih dari Rp15 triliun karena beras yang ditemukan itu jenis IR 64 yang disubsidi pemerintah dengan harga Rp6.000 hingga Rp7.000 per kg.

Jika dijadikan beras premium dengan harga jual tiga kali lipat lebih mahal menjadi Rp20.400 per kg, akan menghasilkan selisih harga yang saat ini beredar di pasar-pasar tradisional Rp14.000 per kg.

Komentar pemerintah ini mendapat sambutan beragam dari kalangan investor. Ada yang mempertanyakan bagaimana mungkin kerugian negara mencapai triliunan padahal laba bersih AISA saja tidak mencapai Rp1 triliun.

Berdasarkan catatan Bisnis, realisasi penjualan AISA pada kuartal I/2017 susut 12,3% menjadi Rp1,46 triliun akibat penurunan penjualan produk beras sebesar 17,2%.

Komposisi penjualan AISA pada kuartal I/2017 terdiri dari makanan pokok sebesar Rp267,53 miliar, makanan konsumsi Rp296,15 miliar, dan beras Rp922,47 miliar.

Akibatnya, manajemen AISA pun memproyeksikan penurunan laba bersih sebesar 15,3% secara tahunan menjadi Rp502,5 miliar pada tahun ini. Pada kuartal I/2017, laba bersih AISA turun 19% secara tahunan menjadi Rp 103,5 miliar. (Lihat grafik berikut ini)

 

Penurunan proyeksi laba bersih ini yang disebabkan lemahnya penjualan beras telah mengakibatkan harga saham AISA tergerus dari level tertinggi sepanjang tahun berjalan 2017, yaitu Rp2.360 per saham pada 13 April 2017, menjadi Rp1.600 per saham, tepatnya sehari sebelum aksi penggerebekan terjadi.

 

KAPITALISASI PASAR TURUN

Kapitalisasi pasar AISA pun menguap sekitar Rp2,4 triliun dari sekitar Rp7,5 triliun menjadi sekitar Rp5,1 triliun sepanjang periode tersebut.

Sudah jatuh tertimpa tangga, mungkin begitulah nasib AISA. Pada sesi pertama perdagangan Jumat (21/7/2017), harga saham AISA anjlok 24,92%. Aksi jual pun tak dapat dihindarkan.

Informasi yang beredar terkait kasus ini pun masih simpang siur kala itu. Manajemen AISA memberikan pernyataan resmi pada hari yang sama.  

Pihak AISA mengklaim anak perusahaannya yakni Indo Beras Utama yang disegel oleh kepolisian pada Kamis (20/7/2017) malam di Bekasi selama ini beroperasi dengan taat aturan.

Jo Tjong Seng, Direktur Tiga Pilar Sejahtera Food, membenarkan informasi bahwa telah terjadi pemeriksanaan atas Indo Beras Utama oleh pihak yang berwenang.

Dalam surat keterangannya kepada Bursa Efek Indonesia pada Jumat (21/7/2017), pihaknya memastikan anak usaha perseroan tersebut bersikap kooperatif dan transparan, serta akan melakukan tinjauan internal dan eksternal untuk memastikan fakta.

Dia mengungkapkan produksi beras masih terus berjalan normal dan perseroan tengah bekerja sama dengan otoritas yang berwenang.

Pihaknya mengklaim Indo Beras Utama menjual beras premium dengan mutu yang sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI). Dia menjelaskan bahwa SNI mengatur deskripsi mutu berdasarkan parameter fisik, tidak ada kaitannya dengan varietas.

Bagi emiten bersandi saham AISA itu, pihaknya memberikan persyaratan-persyaratan atas gabah yang dibeli dari petani. Dia mengungkapkan, persyaratan tersebut tentunya juga mengacu pada hasil akhir yang mengikuti deskripsi mutu sesuai SNI.

Namun, pernyataan tersebut tetap tak mampu menghentikan derasnya laju aksi jual oleh investor terhadap saham AISA.

Sepanjang akhir pekan lalu, berita terkait kasus hukum yang menimpa AISA pun menyebar dengan cepat. Namun, yang menarik adalah inkonsistensi pernyataan dari sejumlah pejabat pemerintah.

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, misalnya, mengatakan penggerebekan gudang beras oleh Satgas Pangan terhadap gudang milik AISA di Bekasi, Jawa Barat, yang diduga mengoplos beras bersubsidi bukan beras untuk rakyat sejahtera (rastra).

"Saya sudah tanya ke direksi Bulog, itu bukan rastra," katanya pada Minggu (23/7/2017).

Rastra merupakan beras subsidi pemerintah bagi warga miskin dengan penerima rastra mendapatkan 15 kg beras kualitas premium setiap bulan dan hanya membayar Rp1.600 per kg sebagai harga tebus.

Terlepas dari situasi abu-abu kasus ini, yang jelas AISA telah ‘dihukum’ investor dengan menguapnya kepitalisasi pasar perseroan.

Pada pembukaan perdagangan Senin (24/7/2017), harga saham AISA kembali melorot tajam hingga menyentuh Rp905 per saham hingga pukul 10.00 WIB. Pada posisi itu, kapitalisasi pasar perseroan raib sekitar Rp2,2 triliun dalam waktu kurang dari 24 jam. (Lihat infografik)

Ketika AISA 'Dihukum' Triliunan Rupiah di Pasar

 

KEPERCAYAAN INVESTOR

Namun, menariknya, harga saham AISA mampu kembali menguat dan ditutup naik 4,1% menjadi Rp1.255 per saham. Saham perusahaan tersebut juga menjadi salah satu yang paling aktif dengan nilai perdagangan Rp306,7 miliar dan aksi beli Rp16 miliar.

Pertanyaannya, apakah ini menandakan investor kembali percaya terhadap saham AISA?

Alfred Nainggolan, Kepala Riset PT Koneksi Kapital, mengungkapkan peningkatan harga saham AISA disebabkan oleh dua hal.

Pertama, mulai adanya informasi yang berimbang dari media, terkait kasus yang dilakukan anak usahanya.

Setelah manajemen AISA angkat bicara soal dugaan kasus yang menyebabkan kerugian negara, sambung Alfred, kondisi itu menunjukkan adanya ketidakjelasan dalam pengaturan harga beras baik dari batas bawah dan atas.

Alfred menambahkan, pelaku pasar menilai bahwa kerugian yang dituduhkan kepada anak usaha AISA tidak mencapai triliunan rupiah.

Kedua, adanya transaksi dari Samuel Sekuritas yang membeli 150.000 lot saham AISA pada harga Rp905 per saham. Dia mengungkapkan faktor pembelian saham AISA dalam jumlah besar membuat kepercayaan pelaku pasar meningkat.

“Sentimen ini juga membuat pelaku pasar ritel berspekulasi bahwa penurunan yang terjadi termasuk over reaction dari pasar,” tuturnya saat dihubungi Bisnis, Senin (24/7/2017).

Senior Analis PT Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menuturkan, menjelang paparan publik yang akan diadakan AISA pada Selasa (25/7/2017), investor berekspektasi ada kejelasan mengenai kasus hukum yang menimpa perusahaan tersebut.

“Karena berharap positif maka pelaku pasar cenderung kembali melakukan aksi beli,” ujar Alfred.

Dia pun berharap manajemen AISA dapat memberikan keterangan secara mendetail terkait tuduhan yang dilimpahkan kepada perusahaan itu sehingga investor semakin mendapatkan kejelasan terhadap apa yang tengah terjadi.

“Saya membayangkan pihak AISA bisa kasih contoh beras, mana yang dianggap premium dan mana yang beras biasa. Soal oplosan juga dijelaskan, apakah disengaja atau ada oknum karena persaingan usaha,” ujar Reza.

Menurutnya, apabila paparan publik itu hanya diisi dengan penjelasan dari pihak manajemen yang berupa pernyataan formalitas semata, bukan tidak mungkin kepercayaan pelaku pasar akan turun kembali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper