Bisnis.com, JAKARTA — Korporasi konstruksi dan investasi milik negara, PT PP (Persero) Tbk., merealisasikan dana penerbitan saham baru atau penawaran umum terbatas (rights issue) sebesar 11% sampai semester I/2017.
Dalam pengumumannya, Direktur Utama PTPP Tumiyana memaparkan realisasi dana rights issue itu sebesar Rp508,45 miliar atau 11% dari hasil bersih sebesar Rp4,37 triliun. Dengan demikian, sisa dana rights issue sebesar Rp3,86 triliun sampai 30 Juni 2017.
PTPP adalah perusahaan terakhir yang mengumumkan laporan penggunaan dana hasil rights issue di laman BEI. Sepanjang 2015-2016, terdapat tujuh perusahaan milik negara yang menggelar rights issue. Sampai semester I/2017, realisasi penggunaan dana oleh sebagian besar BUMN itu masih minim.
PTPP mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp2,25 triliun dalam APBN Perubahan 2016. Dengan PMN itu, PTPP juga mendapatkan dana dari investor publik senilai Rp2,1 triliun dari aksi korporasi rights issue.
Berdasarkan pengumuman yang dibuat oleh perusahaan, sekitar 76% dana rights issue itu akan digunakan sebagai belanja modal untuk mendukung proyek-proyek infrastruktur prioritas pemerintah seperti pembangunan kawasan pelabuhan, jalan tol, apartemen menengah dan hunian, kawasan industri, dan pembangkit listrik.
Lebih lanjut, seluruh dana akan digunakan oleh perseroan sebagai setoran modal untuk menambah ekuitas entitas anak dan entitas asosiasi serta perusahaan patungan dalam setiap investasi yang diusulkan dalam daftar proyek tersebut.
Selain itu, sekitar 24% dana lainnya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja sebagai bagian dari pengembangan usaha di bidang infrastruktur seperti pembangkit listrik, jalan tol, kawasan industri dan pelabuhan.
Sebagai gambaran, perusahaan memprediksi dapat mengantongi laba bersih Rp625 miliar pada semester I/2017 atau meningkat 52% dibandingkan dengan Rp410 miliar pada semester I/2016.
Emiten berkode saham PTPP itu memperkirakan dapat mengantongi pendapatan Rp8,1 triliun pada semester I/2017 atau naik 27% dibandingkan dengan Rp6,4 triliun pada 2016.
Prediksi kinerja keuangan itu dibuat setelah perusahaan membukukan kontrak baru Rp20,2 triliun sampai Juni 2017 atau meningkat 43% dibandingkan dengan Rp14,1 triliun pada periode sama 2016.
“Semester I/2017 ini, perseroan berhasil mencapai kontrak baru sebesar 49,7% dari total target yang ditetapkan oleh perseroan sepanjang tahun ini, yaitu sebesar Rp40,6 triliun,” kata Tumiyana.
Pencapaian kontrak baru sebesar Rp20,2 triliun tersebut terdiri dari kontrak baru induk perseroan sebesar Rp17,8 triliun dan anak perusahaan sebesar Rp2,4 triliun.