Bisnis.com, JAKARTA—Kondisi ekonomi Indonesia yang lebih menguntungkan dibandingkan Amerika diperkirakan akan mendorong investor asing kembali ramai masuk di pasar obligasi Indonesia beberapa pekan ke depan, kendati sempat keluar pada awal bulan ini.
Dibandingkan posisi akhir Juni, kepemilikan asing dalam Surat Berharga Negara hingga Rabu, 12 Juli 2017 tercatat telah berkurang Rp14,31 triliun. Kendati tipis, keluarnya investor asing berdampak signifikan terhadap indeks harga obligasi gabungan Indonesia (ICBI).
Pada periode itu, ICBI sempat turun hingga 334 basis poin atau 1,47% ke posisi 224,23 pada 11 Juli 2017 dari sebelumnya 227,57 pada akhir Juni. Meski demikian, arus keluar investor asing rupanya tidak berlanjut lagi. Investor asing tercatat kembali masuk dalam Surat Utang Negara dalam lelang yang digelar pekan lalu.
Berdasarkan posisi kepemilikan SBN setelah settlement hasil SUN dari DJPPR Kementerian Keuangan pada 13-14 Juli 2017, investor asing tercatat telah beli bersih Rp5,88 triliun pada SUN atau 34% dari total dana yang dimenangkan pemerintah Rp17 triliun.
Wahyu Trenggono, analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), mengatakan gejala keluarnya investor asing dari pasar obligasi Indonesia pada awal bulan ini lebih banyak untuk kepentingan konsolidasi semata, bukan karena persepsi negatif yang berlebihan terhadap Indonesia.
Sebaliknya, posisi Indonesia saat ini justru lebih menguntungkan untuk investasi, seiring dengan rilis data perekonomian Amerika Serikat yang justru banyak dinilai kurang menarik. Hal ini akan mendorong investasi asing lebih banyak mengincar pasar Indonesia beberapa pekan ke depan.
Baca Juga
Amerika melaporkan data laju inflasi tahunan hingga Juni sebesar 1,6% serta data penjualan ritel yang menurun. Testimoni bernada dovis dari Gubernur The Fed Janet Yellen pekan lalu lantas memudarkan ekspektasi akan adanya peningkatan suku bunga FFR dalam waktu dekat.
Hal tersebut sekaligus meredakan tekanan yang terjadi akibat peningkatan risiko pelaku pasar karena isu pengetatan kebijakan moneter sejumlah bank sentral global dan peningkatan signifikan data ketenegarakerjaan AS yang diperkirakan akan mengerek inflasi.
Selama sepekan terakhir, rupiah terus menguat terhadap dolar Amerika. Wahyu mengatakan, hal ini justru menjadikan pasar Indonesia semakin menarik sebab imbal hasil riil yang dikantongi investor menjadi lebih tinggi, yakni dari yield yang tinggi dan apresiasi mata uang.
“Kondisi Indonesia saat ini sedang bagus-bagusnya, sementara kondisi di Amerika kurang menguntungkan. Apalagi di pasar sekunder juga reli, ada peningkatan harga, itu menjadi indikator pasar kita lagi bagus,” katanya, Kamis (19/7/2017).
Setelah rilis data Amerika, ICBI memang terpantau kembali menguat pada 12-19 Juli 2017 sebesar 245 basis poin ke posisi 226,68, seiring juga dengan meningkatkan arus modal asing ke dalam negeri.
Handy Yunianto, head of fixed income analyst Mandiri Sekuritas, mengatakan secara riil investor asing memang telah kembali masuk dalam pasar obligasi Indonesia, tetapi hal ini belum dapat dipastikan sebagai tanda dimulainya tren peningkatan arus modal asing ke pasar obligasi dalam negeri.
Meski demikian, dirinya menilai kekuatiran asing terhadap resiko pasar obligasi global sejauh ini sudah relatif meredah sehingga peluang untuk mereka mengincar pasar-pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, menjadi meningkat di masa mendatang.
“Pengaruh global saat ini lebih banyak memberi sentimen positif pada emerging market. Memang kita belum bisa pastikan ini menjadi titik balik, tetapi sudah lebih baik dibandingkan dua minggu lalu,” katanya.
I Made Adi Saputra, analis obligasi MNC Sekuritas, mengatakan keluarnya investor asing pada pekan pertama bulan ini tidak melulu karena aksi jual, tetapi bisa juga karena sejumlah seri SBN yang jatuh tempo dan belum diikuti aksi investasi kembali.
Menurutnya, sinyal peningkatan kepemilikan asing dalam hasil lelang SUN pekan lalu mencerminkan sikap investor asing terhadap pasar surat utang dalam negeri kembali positif, setelah sebelumnya terganggu oleh rencana peningkatan defisit anggaran dari 2,4% menjadi 2,9% dalam RAPBN 2017 yang diumumkan awal bulan ini.
Kendati faktor global masih akan menjadi sentimen utama yang mempengaruhi gerak investasi asing ke dalam negeri, dirinya menilai secara umum pasar obligasi dalam negeri masih akan bergerak menguat di sisa tahun ini karena fundamental ekonomi Indonesia yang relatif solid.