Bisnis.com, JAKARTA – Rusia bertekad untuk tetap berpegang pada kesepakatan OPEC yang berlaku saat ini serta menentang kemungkinan usulan pemangkasan produksi yang lebih dalam.
Sejumlah pejabat pemerintah Rusia dikabarkan menyatakan tekad untuk menentang usulan apapun terkait pengurangan produksi yang lebih besar dalam pertemuan tingkat menteri yang akan berlangsung menjelang akhir bulan ini.
Organisasi negara-negara pengekspor minyak bumi (OPEC), beserta sejumlah negara penghasil non-OPEC seperti Rusia, telah sepakat untuk mengurangi produksi sekitar 1,8 juta barel per hari (bph) selama paruh pertama tahun ini demi menahan kelebihan suplai bahan bakar global sekaligus mendorong harga naik.
Kemudian pada 25 Mei, OPEC dan sejumlah produsen lainnya termasuk Rusia sepakat untuk memperpanjang upaya pemangkasan produksi hingga akhir Maret 2018.
Meski demikian, pengurangan suplai lebih lanjut segera setelah perpanjangan kesepakatan itu, dinilai akan memberi pesan yang salah ke pasar minyak.
“Langkah tersebut akan menunjukkan bahwa OPEC, Rusia dan sekutunya merasa resah karena kesepakatan mereka untuk mengurangi produksi sebesar 1,8 juta bph hingga Maret 2018 tidak cukup untuk menopang harga,” kata salah seorang pejabat, seperti dikutip dari Bloomberg (Rabu, 5/7/2017).
Sebagian dari pemerintah Rusia disebut menentang upaya pemotongan produksi yang lebih dalam maupun perpanjangan kesepakatan lebih lanjut.
Rusia berencana untuk menggelar pertemuan sejumlah menteri dari OPEC beserta beberapa negara non-OPEC di St. Petersburg pada tanggal 24 Juli untuk membahas progres upaya mengeliminasi kelebihan pasokan global.
Sementara itu, terdapat keraguan mengenai apakah tujuan upaya pemangkasan tersebut akan berhasil tercapai di tengah kembali naiknya produksi minyak shale di AS.
“Meskipun minyak mentah Brent telah pulih dari level terendahnya dalam tujuh bulan yang dialami pada Juni, upaya pembatasan pasokan perlu diintensifkan,” papar sejumlah analis, di antaranya Goldman Sachs Group Inc.