Bisnis.com, JAKARTA- Indeks dolar Amerika Serikat melemah pada penutupan perdagangan Jumat (23/6/2017) atau Sabtu pagi WIB.
Indeks dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat melemah 0,34% ke level 97,264, seperti dikutip Bloomberg.
Indeks dolar turun pada penutupan perdagangan Jumat meskipun data ekonomi yang dirilis Jumat menunjukkan terjadi peningkatan penjualan rumah baru menjadi 610.000 pada Mei, padahal perkiraan hanya 590.000.
Dolar juga akan menghadapi rilis sejumlah data ekonomi minggu depan.
Sebelumnya, Presiden Fed St. Louis James Bullard mengatakan dalam pidatonya jika kemungkinan bank sentral AS dapat mulai memangkas neraca pada bulan September.
Sementara itu, Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan sudah saatnya untuk secara bertahap menghapus sejumlah akomodasi kebijakan.
Fokus pasar saat ini beralih ke rencama pidato Gubernur Federal Reserve Janet Yellen yang akan digelar di London pada Selasa yang mengemukakan tema masalah ekonomi global.
Seperti diketahui, penjualan rumah baru di Amerika serikat menunjukkkan peningkatan.
Data pemerintah AS pada Jumat yang menunjukkan peingkatan penjualan rumah baru pada Mei, mengindikasikan pasokan rumah makin ketat.
Penjualan rumah keluarga tunggal meningkat 2,9% mom mencapai 610.000 unit pada Mei, sedangkan perkiraan hanya di angka 590.000.
Harga jual rata-rata melonjak 16,8% yoy, seperti dikutip Bloombrg, Sabtu (24/6/2017).
Sementara itu, pasokan rumah tidak berubah pada 5,3 bulan terakhir.
Dilaporkan saat ini, suku bunga KPR di tingkat yang rendah, di saat pasar tenaga kerja solid dan kenaikan upah terus.
Kondisi tersebut mendorong permintaan perumahan. Di saat yang sama persediaan rumah baru langka, hal ini mendorong harga ke tingkat tertinggi.
Namun, tingkat penjualan Mei masih belum seperti kondisi yang terjadi ada 2005.Pada tahun tersebut, penjualan rumah baru di AS tengah berada di puncaknya.
Adapun rincian yang mendorong kenaikan permintaan rumah dipimpin oleh lonjakan di kawasan Selatan sebesar 6,2%, kenaikan 13,3% di Barat. Sebaliknya penjualan turun di kawasan Timur Laut.
Seperti diketahui, ekonomi AS terus menunjukkan perbaikan pertumbuhan.
Kondisi tersebut juga menjadi dasar bank sentral AS setia kali mempertimbangkan kenaikan suku bunga (Fed Fund Rate).