Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham dunia diprediksi tidak akan terpengaruh dengan potensi kembali anjloknya harga minyak dunia. Beberapa kondisi yang berbeda dengan periode kejatuhan harga minyak pada periode 2014-2016 menjadi salah satu faktornya.
Sepanjang bulan ini, harga minyak Brent sudah menyusut sebesar 9,2% menjadi US$45,68 per barel, sedangkan harga minyak WTI turun sebesar 10,98% menjadi US$43,01 per barel. Kondisi ini mengingatkan kejatuhan harga minyak pada periode 2014-2016 yang menyusut hingga kisaran US$26 per barel.
Pada periode 2014-2016, kondisi pasar minyak begitu oversupply ketika Amerika Serikat (AS) terus mendorong produksi minyak shale oil hingga ke level tertinggi sepanjang sejarah. Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) galau untuk memangkas produksi atau tidak.
Kondisi itu pun berdampak kepada perusahaan energi yang melantai di bursa yang membuat kapitalisasi pasarnya anjlok.
Namun, dengan potensi kembali anjloknya harga minyak disebut tidak akan mempengaruhi bursa global.
Kepala Analis Pasar Modal Global Jefferies Hong Kong Ltd. Sean Darby mengatakan, perbedaan terbesar pada kondisi saat ini dibandingkan dengan sebelumnya adalah pelemahan harga minyak kali ini mendapatkan sentimen tambahan dari turunnya permintaan China, tetapi kurs dolar AS justru berpotensi menguat seiring dengan potensi kenaikan suku bunga Federal Reserve (the Fed) yang ketiga kalinya tahun ini.
“Latar belakang saat ini dengan sebelumnya sangat berbeda. Dari segi korporasi sektor energi sudah mencatatkan peningkatan perbaikan pada neraca yang signifikan dibandingkan dengan 2016 melalui penambahan modal, lalu banyak produsen juga yang sudah melakukan lindung nilai atas produksi karena harga minyak sempat naik tinggi pada tahun ini,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg pada Sabtu (24/6).
Hal itu tercermin juga dari pergerakan harian indeks S&P 500 yang mencatatkan korelasi dengan pergerakan harga minyak dunia sudah hampir mendekati nol, terendah sejak Januari 2017.
Adapun, logika lain kenapa bursa global tidak akan terpengaruh dengan penurunan harga minyak kali ini adalah penurunan kapitalisasi pasar korporasi sektor energi di seluruh papan bursa dunia. Dengan penurunan kapitalisasi yang cukup drastis kala 2016, membuat dampak negatif dari penurunan harga minyak tidak akan terlalu besar.
Saat ini, emiten sektor energi hanya menyumbang 6% pada indeks S&P 500, persentase itu jauh lebih kecil dibandingkan dengan tiga tahun lalu yang mencapai 11%.
Faktor lainnya, ada potensi investor tidak melihat risiko sistemik terkait penurunan harga minyak kali ini.