Bisnis.com, JAKARTA—Mata uang pound sterling berpeluang meneruskan tren pelemahan menuju 1,20 – 1,25 per dolar AS dalam beberapa minggu mendatang akibat gejolak politik di dalam negeri.
Pada perdagangan Selasa (13/6/2017) pukul 08.32 WIB, mata uang GBP turun 0,0001 poin atau 0,01% menuju 1,2658 per dolar AS. Ini menunjukkan penurunan dalam 4 sesi berturut-turut. Sepanjang tahun berjalan harga masih meningkat 2,53%.
Sementara indeks dolar meningkat 0,126 poin atau 0,13% menjadi 97,264. Indeks sudah stabil di atas level 97 pada 3 sesi perdagangan terakhir, setelah bertengger di posisi 96 dalam 5 sesi secara beruntun.
Currency strategist Pioneer Investment Management Paresh Upadhyaya mengatatakan harga GBP-USD diperkirakan semakin melemah. Level berikutnya yang dapat ditembus ialah area 1,25—1,20 per dolar AS.
Risiko gejolak politik Inggris akibat kondisi parlemen menggantung (hung parlieament) membuat proyeksi terhadap mata uang ini semakin bearish. Apalagi saat ini posisi USD berada dalam area yang nyaman.
“Pasar meragukan pembenahan politik dan ekonomi Inggris, sehingga proyeksi terhadap GBP menjadi bearish,” tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (13/6/2017).
Kecemasan parlemen menggantung menyebabkan banyaknya pertanyaan dari pasar soal kestabilan internal Britania Raya. Ada kemungkinan arus investasi di tengah proses Brexit menambah kekhawatiran soal deficit transaksi berjalan (current account deficit/ CAD).