Bisnis.com, SEMARANG - Emiten perikanan dan pengolahan hasil laut PT Dua Putra Utama Makmur Tbk. tahun ini menargetkan pencapaian margin laba bersih dua digit yakni di kisaran 10% hingga 12%.
Heri Akhyar, Sekretaris Perusahaan sekaligus Investor Relations Dua Putra Utama Makmur, mengatakan pada 2014 dan 2015 margin laba bersih perseroan ada di kisaran persentase tersebut. Namun tahun lalu pencapaiannya hanya 9% lebih.
“Karena tahun lalu menjadi periode investasi bagi kami dengan penambahan cold storage, perluasan pabrik, penambahan mesin dan kapal dengan belanja modal sekitar Rp500 miliar hingga Rp600 miliar. Tahun ini kami menikmati hasilnya,” katanya.
Dia menyebutkan untuk tahun ini pihaknya mengincar pendapatan di kisaran Rp1,4 triliun hingga Rp1,5 triliun. Adapun laba bersih ditargetkan sekitar Rp140 miliar hingga Rp150 miliar.
Sebagai gambaran, pada tahun lalu pihaknya membukukan pendapatan Rp966,9 miliar dengan laba bersih Rp90,9 miliar. Pada kuartal I/2017 pendapatan perseroan mencapai Rp441,1 miliar dengan laba bersih Rp49,2 miliar.
Untuk merealisasikan target tersebut, pihaknya akan meningkatkan utilisasi kapasitas produksi dari kisaran 30% hingga 35% pada 2016 menjadi 50% tahun ini. Saat ini, total kapasitas produksi yang dimiliki perseroan berkode saham DPUM itu mencapai 100 ton per hari.
Selain meningkatkan utilisasi, Heri pun mengatakan pihaknya akan memperbesar porsi ekspor dari 35% tahun lalu menjadi 60% pada 2017. Pihaknya gencar memperbesar ekspor karena margin di pasar mancanegara lebih besar.
Margin kotor dari penjualan di pasar dalam negeri berkisar antara 10% hingga 15%. Sedangkan dari pasar ekspor bisa mencapai 25%, apa lagi di beberapa negara tujuan ekspor seperti Jepang pihaknya sudah menjual langsung kepada end user sehingga memotong jalur distribusi.
Produk ekspor pun sudah dalam bentuk produk bernilai tambah karena pihaknya saat ini sudah memiliki processing plant.
“Untuk utilisasi sebenarnya bisa 100% tapi tergantung pasokan cumi, ikan, dan udang dari nelayan dan tambak. Margin kotor pun bisa mencapai 30% saat bahan baku kami tangkap dengan kapal sendiri atau dari tambak milik perseroan,” ujarnya.
Adapun negara tujuan ekspor terbesar adalah Jepang yang berkontribusi hingga 50% terhadap total penjualan ke luar negeri. Disusul kemudian China dengan kontribusi sekitar 15% hingga 20%. Sisanya dikirim ke Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, Bahrain, Thailand, Vietnam, Australia, Amerika Serikat, serta negara-negara di Eropa.
Disinggung terkait rencana investasi baru, menurutnya tahun ini perseroan tidak akan melakukan ekspansi dan hanya menganggarkan belanja modal sekitar Rp10 miliar untuk perawatan alat produksi yang sudah ada.
Kendati demikian, investasi anyar rencananya akan kembali digelontorkan pada 2018 untuk membangun empat hingga limamini plant di luar cold storage di beberapa daerah di kawasan Indonesia bagian timur. Kapasitas mini plant tersebut diperkirakan berkisar antara 1.000 ton hingga 2.000 ton.
Saat ini pihaknya memiliki lima area produksi yang meliputi processing ikan, udang, dan cumi, pabrik produk bernilai tambah serta kawasan cooking di Pati, Jawa Tengah. “Untuk dananya sedang kami hitung dan akan keluar pada Juli. Saat ini kami masih feasibility study.”