Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal Bursa Berjangka, Kamboja Banyak Belajar dari Indonesia

Pemangku kepentingan bursa berjangka di Kamboja mengaku banyak belajar perihal pelaksanaan pasar derivatif dari Indonesia.
/jfx.co.id
/jfx.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Pemangku kepentingan bursa berjangka di Kamboja mengaku banyak belajar perihal pelaksanaan pasar derivatif dari Indonesia.

Matt Yang, Chief Executive Officer (CEO) Phnom Penh Derivative Exchange (PPDE) yang berbasis di Kamboja, menyampaikan selama ini pihaknya menjadikan Jakarta Future Exchange (JFX) sebagai salah satu kiblat bursa derivatif. Pasalnya, usia PPDE terbilang belia karena baru beroperasi pada Agustus 2016 dengan volume transaksi sekitar 10.000-15.000 lot per hari.

"Kami banyak belajar dari JFX dan PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) dalam pengelolaan bursa berjangka di Kamboja," ujarnya setelah acara penandatangan MoU dengan JFX di Jakarta, Senin (15/5/2017).

Penandatanganan nota kesepahaman atau MoU oleh Direktur Utama JFX Stephanus Paulus Lumintang dan Matt Yang di kantor JFX. Seremonial ini disaksikan oleh Kepala Bappebti Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi dan Director General Security and Exchange Commission of Cambodia (SECC) Sou Cheat.

Target kerjasama antara JFX dan PPDE berfokus kepada pengembangan teknologi dan transfer pengetahuan berkelanjutan. Selain itu, kedua bursa bertujuan meningkatkan transaksi perdagangan berjangka komoditas (PBK).

Mat Yang mengakui, produk-produk PBK di dalam JFX menarik minat investor di Kamboja dan sebagian nasabah di China. Selama ini investor dari Negeri Panda memang sudah bertransaksi di PPDE.

Tiga komoditas yang diperdagangkan di PPDE adalah emas, perak, dan minyak. Adanya kerja sama dengan JFX memungkinkan investor Kamboja memiliki lebih banyak pilihan komoditas untuk bertransaksi.

Dirjen SECC Sou Cheat menambahkan, selama ini JFX, KBI, dan Bappebti menjadi salah satu rujukan pengaturan bursa berjangka di Kamboja. Interaksi SECC dengan stake holder bursa berjangka di Indonesia dimulai pada 2014.

Berbeda dengan Indonesia, saat ini di Kamboja berlaku Central Counter Party, yakni lembaga kliring yang terpusat di satu badan pemerintahan. Kini, SECC membawahi empat bursa derivatif, termasuk PPDE.

Produk-produk yang diperdagangkan juga belum sebanyak di JFX. Oleh karena itu, adanya kerja sama memberikan kesempatan untuk mengembangkan masing-masing bursa berjangka.

Kamboja juga merupakan negara agrikultur, sama seperti Indonesia. Hal ini membuka peluang adanya komoditas-komoditas baru yang dapat diperdagangkan di dalam industri PBK.

"Kami berharap MoU bisa terealisasi dalam bentuk riil. Kami juga akan mendirikan lembaga kliring untuk mendukung perdagangan berjangka yang lebih semarak setelah adanya kerja sama [antara PPDE dengan JFX]," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper