Bisnis.com, JAKARTA - Emiten properti PT Intiland Development Tbk. telah menjual 20,3 hektare lahan industri kepada perusahaan otomotif, PT Toyota Astra Motor dengan nilai transaksi Rp386 miliar.
Penandatanganan pernjanjian jual beli antara Intiland dan anak usaha PT Astra International Tbk tersebut telah dilakukan pada Rabu (12/4/2017) di Surabaya. Lahan industri yang dijual yakni di kawasan industri Intiland, yakni Ngoro Industrial Park (NIP) di Surabaya.
Archied Noto Pradono, Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland mengatakan, penjualan lahan industri ini memberikan indikasi positif terhadap prospek kawasan industri ke depan, khususnya kawasan industri NIP.
Selain dengan Toyota Astra Motor (TAM), perseroan juga memasarkan lahan industri ke perusahaan domestik yang bergerak di bidang perabotan rumah tangga, seluas 2,7 hektare dengan nilai sekitar Rp50 miliar pada triwulan pertama tahun ini.
Dengan transaksi tersebut, maka perseroan sejak awal 2017 sudah berhasil merealisasikan penjualan lahan seluas total 23 hektare.
“Sampai April tahun ini, hasil marketing sales untuk kawasan industri telah mencapai sekitar Rp436 miliar. Pencapaian ini melampaui target yang ditetapkan di awal tahun dengan penjualan lahan seluas 10 hektare lahan atau senilai Rp185 miliar,” katanya dalam keterangan resmi, Rabu (12/4/2017).
Baca Juga
Archied mengungkapkan, seiring dengan tingginya permintaan dan kebutuhan terhadap lahan industri, Intiland terus melakukan pengembangan di kawasan NIP. Perseroan sedang menyiapkan area pengembangan tambahan dengan luas sekitar 125 hektare.
NIP saat ini memiliki luas sekitar 500 hektare dan berlokasi di kecamatan Ngoro, Mojokerto. Lokasi NIP ini sangat strategis dan dilengkapi akses cepat ke pelabuhan Tanjung Perak dan bandar udara Juanda, Surabaya.
Perseroan ke depan akan lebih fokus pada penjualan pergudangan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing investornya serta bangunan pabrik standar. Fasilitas ini disewa oleh perusahaan-perusahaan pemasok maupun distribusi yang bergerak di bidang industri plastik, kabel, dan kertas.
Pengembangan SFB bertujuan selain sebagai fasilitas pendukung kebutuhan industri juga untuk meningkatkan kontribusi pendapatan berulang atau recurring income bagi perusahaan.
Di tahun 2016, kontribusi recurring income yang berasal dari penyewaan bangunan pabrik standar dan pengelolaan kawasan di Ngoro mencapai Rp49 miliar, atau sekitar 14% dari keseluruhan perolehan recurring income Intiland.