Bisnis.com, JAKARTA - Pasar minyak mentah dan gas alam diprediksi kembali ditekan oleh proyeksi penambahan suplai dari Amerika Serikat. Total rig sejumlah 742 buah pada kuartal I/2017 akan bertambah menjadi 843 rig sampai akhir Tahun Ayam Api.
Pada penutupan perdagangan Jumat (31/3/2017), harga minyak WTI kontrak Mei 2017 berada di posisi US$50,6 per barel, naik 0,5% atau 0,25 poin. Harga minyak Brent kontrak Juni 2017 juga meningkat 0,4% atau 0,75 poin menuju US$53,53 per barel.
Sementara, harga gas alam kontrak Mei 2017 merosot 0,03% menuju US$3,19 per MMBtu (Million British Thermal Unit).
Dalam risetnya, tim spesialis energi dari bank investasi AS Piper Jaffray, menyampaikan pasar minyak mentah akan mengalami penambahan suplai dari Paman Sam. Jumlah rig minyak dan gas akan bertambah menjadi 843 buah pada 2017, 968 rig pada 2018, dan 1.079 ring pada 2019.
"Sebagian besar rig tersebut menghasilkan keduanya [minyak dan gas]," papar riset seperti dikutip dari Reuters, Minggu (2/4/2017).
Berdasarkan data Baker Hughes, pada kuartal I/2017 jumlah rig mencapai 742 buah. Tahun lalu jumlah rig menurun menjadi 509 buah dari 2015 sebesar 978 rig.
Pada pekan yang berakhir Jumat (31/3/2017), jumlah rig minyak bertambah 10 buah menjadi 662 rig. Ini menandakan jumlah rig terus bertambah dalam 11 pekan berturut-turut sekaligus mencatatkan level tertinggi sejak September 2015. Padahal pada kuartal I/2016, jumlah rig minyak yang aktif hanya mencapai 362 buah.
Sepanjang kuartal I/2017, jumlah rig minyak bertambah 137 buah. Angka ini merupakan peningkatan terbesar sejak kuartal II/2011, dimana saat itu jumlah rig bertambah 152 buah dalam kurun waktu tiga bulan.
Baker Hughes menambahkan, jumlah rig sempat mencapai rekor tertinggi di posisi 1.609 buah pada Oktober 2016, tetapi merosot ke level terendah dalam enam tahun terakhir, yakni 346 buah pada Mei 2016.
Pengurangan ini terjadi karena pelaku usaha AS merespon anjloknya harga minyak WTI ke posisi terendah dalam 12 tahun terakhir, yaitu US$26 per barel pada Februari 2016. Harga merosot tajam dari level tertingginya di posisi US$107 per barel pada Juni 2014.
Dalam risetnya, perusahaan jasa keuangan Cowen & Co., menyampaikan dari hasil survei terhadap 57 perusahaan eksplorasi dan produksi (E&P) di AS menunjukkan rata-rata akan meningkatkan belanja modal sebesar 50% year on year/yoy pada 2017 dibandingkan tahun lalu.
Sementara menurut Cowen berdasarkan hasil survei terhadap 64 perusahaan, belanja modal mereka sudah berkurang dalam dua tahun terakhir. Pada 2016 belanja modal E&P turun 48% yoy, dan pada 2015 merosot 34% yoy.
Mark Watkins, manajer investasi U.S. Bank Private Client Group, mengatakan kendati jumlah rig meningkat, harga minyak mentah masih memanas akibat upaya OPEC dalam memangkas suplai.
"Ada upaya produsen di Amerika Utara untuk memacu produksi shale oil dengan memanfaatkan harga yang lebih tinggi," ujarnya.
Harga minyak mentah WTI diperkirakan akan diperdagangan di kisaran US$51 per barel sepanjang 2017, sedangkan rerata harga dapat bertumbuh menjadi US$52 per barel pada 2018.