Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Putusan The Fed, Dolar Melemah Sementara

Nilai tukar dolar mengalami pelemahan terbatas di antara mata uang utama lainnya seiring dengan sikap investor yang masih menanti hasil rapat Federal Reserve.
Uang dolar AS./Antara
Uang dolar AS./Antara

Bisnis.com, JAKARTA--Nilai tukar dolar mengalami pelemahan terbatas di antara mata uang utama lainnya seiring dengan sikap investor yang masih menanti hasil rapat Federal Reserve.

Pada perdagangan Rabu (15/3) pukul 17:23 WIB, indeks dolar AS terkoreksi 0,1 poin atau 0,1% menjadi 101,6. Dibandingkan mata uang utama yang tergabung dalam G10, hanya krona Swedia yang mengalami pelemahan terhadap dolar AS.

Faisyal, analis Monex Investindo Futures, mengatakan pelemahan dolar AS terhadap mata uang G10 masih relatif terbatas. Koreksi wajar terjadi akibat sikap investor yang cenderung wait and see terhadap hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 14-15 Maret 2017.

Sebagian besar pasar sudah meyakini penaikkan Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 basis poin akan dilakukan dalam pertemuan tersebut. Artinya suku bunga AS akan menjadi 0,75%-1% dari sebelumnya 0,5%-0,75%.

"Pasar sebenarnya sudah yakin dengan kenaikan suku bunga. Mereka justru menanti arah peningkatan suku bunga lanjutan antara 3--4 kali selama 2017 ini," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (15/3/2017).

Bila The Fed jadi mengerek suku bunga sekaligus memberikan arah perihal penaikkan FFR selanjutnya, maka dolar AS berpotensi mengalami lonjakan. Mata uang global pun bakal mengalami koreksi dalam waktu dekat dan nantinya kembali kepada fundamental masing-masing.

Rupiah Naik
Pelemahan dolar turut memberikan sentimen positif terhadap rupiah. Hari ini mata uang Garuda menguat 6 poin atau 0,04% menjadi Rp13.364 per dolar AS setelah diperdagangkan pada kisaran Rp13.355 – Rp13.376 per dolar AS. Kurs tengah dipatok Rp13.375 per dolar AS.

Menurut Faisyal, sentimen utama yang menopang rupiah ialah rilis neraca perdagangan nasional periode Februari 2017 yang mengalami suprlus sebesar US$1,32 miliar. Meskipun jatuh dari pencapaian Januari 2017 sebesar US$1,43 miliar, angka ini melampaui estimasi analis sebesar US$1,22 miliar.

Namun demikian, setelah FOMC mengumumkan kenaikan suku bunga pada Rabu (15/3) malam waktu setempat atau Kamis (16/3) pagi WIB, rupiah diprediksi mengalami pelemahan akibat tekanan dolar AS.

Hasil FOMC tentunya akan masuk dalam pembahasan rapat dewan gubernur Bank Indonesia (BI) pada Kamis (16/3). Jika pejabat The Fed memberikan nada hawkish perihal penaikkan FFR lanjutan, ada kemungkinan pejabat BI juga memberikan sinyal peningkatan suku bunga.

"Intervensi BI nantinya diperlukan supaya hot money dari dalam negeri tidak dibawa ke luar," ujarnya.

Sebetulnya peluang BI meningkatkan suku bunga 7-day repo rate dari level 4,75% cukup terbuka karena tingkat inflasi nasional yang stabil di kisaran 4%. Faisyal memprediksi sampai akhir pekan, rupiah cenderung melemah dengan rentang harga Rp13.300-Rp13.450 per dolar AS.

Yen
Sementara itu, mata uang yen juga mengalami penguatan menjelang konferensi kebijakan moneter Bank of Japan (BOJ) pada Kamis (16/3). Pada perdagangan Rabu (15/3) pukul 17:34 WIB, mata uang yen naik 0,07% menjadi 114,66 per dolar AS. Kenaikan ini melanjutkan peningkatan JPY dalam sesi perdagangan sebelumnya.

Faisyal menyampaikan, penguatan JPY dalam dua sesi perdagangan terakhir disebabkan aksi beli investor menjelang pemilihan umum di Belanda dan Perancis. Salah satu calon Perdana Menteri Belanda, yakni Geert Wilders menjadi sosok yang dianggap kontroversial karena berencana melakukan referendum agar Negeri Kincir Angin keluar dari Uni Eropa dan sikapnya yang anti Islam.

Namun demikian, suara terhadap calon dari Partai Liberal ini cukup besar dan berpotensi mengalahkan PM petahana dari Partai Konservatif, yakni Mark Rutte. Keduanya akan bertarung dalam pemilihan umum PM Belanda pada Rabu (15/3).

Di tempat lain, calon presiden Perancis yang anti Uni Eropa, Marine Le Pen, mendapatkan suara yang cukup besar dari masyarakat menjelang periode pemilihan umum pada April-Mei 2017.

Permintaan JPY meningkat karena pasar menganggapnya sebagai salah satu aset lindung nilai. Namun, penguatan mata uang Negeri Sakura cenderung terbatas karena fokus pasar tetap tertuju kepada FOMC.

Dalam pertemuan nanti, diperkirakan BOJ mempertahankan suku bunga negatif di level -0,1%. Bank sentral memang menginginkan mata uangnya mengalami pelemahan untuk mengejar target inflasi 2%.

"BOJ masih akan melanjutkan kebijakan-kebijakan moneternya, karena mereka memang menginginkan nilai yen tidak terlalu tinggi sehingga mengganggu nilai ekspor," ujarnya.

Sampai akhir pekan ini, mata uang yen diperkirakan bergerak dalam rentang 113,85--116,85 per dolar AS dengan kecenderungan melemah.

Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM, menyampaikan meningkatnya spekulasi kemungkinan kenaikan suku bunga AS pekan ini telah memicu investor melakukan pembelian terhadap dolar AS. Sentimen terhadap USD tetap sangat bullish dan diperkirakan akan semakin menguat karena para spekulan memperkirakan The Fed akan meningkatkan suku bunga AS beberapa kali tahun ini.

"Dari sudut pandang teknikal, bullish mendominasi dolar AS. Breakout indeks dolar AS di atas 101,50 dapat membuka jalan menuju 102,00," paparnya.

Andri Hardianto, analis Asia Trade Point Futures, menuturkan dalam dua pekan terakhir pergerakan rupiah dibayangi oleh sentimen penguatan dolar AS akibat sikap hawkish para pejabat Federal Reserve. Namun, kondisi domestik cukup kuat, sehingga masih mampu menopang penguatan mata uang Garuda.

Terkini, penguatan rupiah ditopang oleh surplus neraca perdagangan sebesar US$1,32 miliar. Bank Indonesia pun sudah berkomitmen menjaga stabilitas mata uang domestik. Sampai akhir pekan, dia memprediksi rupiah akan bergerak dalam rentang Rp13.350--Rp13.500 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper