Bisnis.com JAKARTA - PT Baramulti Suksessarana Tbk. (BSSR) menorehkan pertumbuhan laba bersih sebesar 3,98% menjadi US$27,42 juta sepanjang 2016, dibandingkan US$26,37 juta pada tahun 2015.
Kendati penjualan pada tahun lalu mengalami penurunan sebesar 6,34% menjadi US$242,59 juta, dari posisi 2015 yang mencatatkan penjualan US$259,02 juta. Peningkatan laba pada tahun lalu tersebut disebabkan turunnya beban pokok penjualan yang terpangkas 3,02% dari US$170,56 juta pada 2015 menjadi US$165,41 juta pada tahun lalu.
Dalam Laporan Tahunan 2016, manajemen perseroan menjelaskan bahwa sepanjang tahun lalu, produksi batu bara BSSR naik 2,53% menjadi 7,94 metrik ton (MT), dibandingkan dengan produksi pada 2015 yang mencatatkan 7,75 juta metrik ton.
Tak hanya produksi, volume penjualan pada tahun lalu juga meningkat sebesar 10% menjadi 8,26 juta MT, dibandingkan dengan pencapaian volume penjualan pada 2015 yang hanya mencatatkan 7,51 juta MT.
Penjualan batu bara perseroan untuk pasar dalam negeri mengalami kenaikan cukup signifikan sebesar 162,5% dengan bauran menjadi 17,69% dari total penjualan perseroan. Padahal, bauran pasar domestik perseroan pada 2015 hanya sebesar 6,74%.
Adapun, ekspor batubara perseroan pada tahun lalu mengalami pergeseran sesuai dengan dinamika pasar batubara dunia. Kendati demikian, India, China dan Korea Selatan masih tetap menjadi pasar terbesar.
“Turunnya pendapatan tersebut disebabkan adanya dampak dari penurunan harga batubara pada semester pertama 2016 yang mana sebagian besar kontrak pembelian batubara telah disepakati untuk sepanjang tahun,” tulis manajemen perseroan seperti dikutip dari Laporan Tahunan 2016 yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (21/2/2017).
Sepanjang tahun lalu, perseroan juga melaksanakan penambangan dengan rasio pengupasan (stripping ratio) lebih tinggi dibandingkan dengan 2015. Upaya tersebut dilakukan untuk mengembalikan potensi cadangan batubara yang dimiliki oleh perseroan sesuai dengan rencana jangka panjang.
Pada 2015, memang ada pemotongan stripping ratio yang bertujuan untuk mempertahankan profitabilitas. Namun demikian, dengan pengoperasian infrastruktur yang baru dan kerja sama yang baik dengan seluruh mitra kerja, perseroan berhasil melakukan efisiensi.
Secara konsolidasi, harga pokok produksi 2016 dapat ditekan menjadi US$20,82 per ton atau turun sebesar 5,41% dibanding tahun lalu. “Penurunan harga pokok produksi tersebut menunjukkan bahwa program-program efisiensi yang dilakukan oleh perseroan menunjukkan hasil yang positif. Program yang dijalankan tersebut telah berhasil meningkatkan perolehan laba bersih perseroan pada 2016.”