Bisnis.com, JAKARTA— Mandiri Sekuritas memprediksi posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di akhir 2017 ada pada level Rp13.400.
Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Putera Rinaldy dan Wisnu Trihatmojo memaparkan surplus neraca pembayaran (BoP) melunak menjadi US$4,5 miliar dari US$5,7 miliar pada kuartal III/2016 karena penurunan surplus aset finansial. Sementara, suplus BoP sepanjang 2016 mencapai US$12,9 miliar.
Di sisi lain, defisit neraca berjalan (CAD) melebar menjadi -0,8% dari GDP pada 4Q16 dari -1,9% pada kuartal sebelumnya. Ke depannya, mereka memprediksi rasio CAD terhadap GDP akan melebar menjadi -2,2% di mana pencapaian tersebut masih terkendali, karena rerata surplus aset finansial 2010-2015 sebesar 2,85% dari GDP.
Sementara itu, Jika ada faktor yang dapat menyebabkan rupiah bervolatilitas, mereka meyakini penyebabnya akan berasal dari volatilitas sektor keuangan. Adapun, ketidakpastian global dapat tetap terjadi pasca-Brexit dan pemilu AS diikuti oleh normalisasi agresivitas kebijakan Federal Reserve.
“Oleh sebab itu, kami meyakini risiko keluarnya portofolio dana modal (outflow) masih tetap tinggi. Lebih lanjut, permintaan terhadap utang valas juga terpangkas, terutama pada semester II/2017, yang disebabkan kenaikan beban kredit valas ketika potensi kenaikan suku bunga Fed Fund rate pada periode yang sama,” jelas mereka dalam riset.
Menurutnya, ekspektasi volatilitas rupiah dan kenaikan inflasi mengindikasikan tidak adanya ruang pemangkasan suku bunga acuan. Hal tersebut membuat mata uang rupiah akan sulit terapresiasi dari posisi akhir tahun lalu.
“Kami masih tetap memprediksi posisi rupiah pada Rp13.400 per dolar AS pada year end 2017 dengan rerata yang lebih tinggi yaitu Rp13.450 per dolar AS tahun ini,” tambahnya.
Dengan potensi volatilitas rupiah diikuti oleh kenaikan tekanan inflasi, Mandiri Sekuritas memprediksi suku bunga 7-days reverse repo rate akan tetap flat pada 4,75% sepanjang 2017 dari kebijakan pemerintah tahun lalu yang memangkas suku bunga 150 bps.