Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi rupiah bergerak tertekan pada perdagangan Senin (13/2/2017) seiring penguatan dolar AS dan ketidakpastian pilkada DKI Jakarta.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta memaparkan indeks dolar AS kembali menguat walaupun data ekonomi tidak terlalu baik, setelah pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe tidak membahas kebijakan nilai tukar, setelah sebelumnya penasihat Trump menuduh Jepang memanipulasi nilai tukarnya.
Adapun, fokus saat ini tertuju pada pidato Gubernur Federal Reserve Janet Yellen serta inflasi Tiongkok yang dirilis besok.
Sementara itu, deficit neeraca transaksi berjalan anjlok ke hanya 0,8% terhadap PDB di kuartal IV/2016 dari 1,9%, menandakan efek pelebaran surplus dagang yang terdorong kenaikan harga komoditas. Tren penurunan CAD yang konsisten akan meminta tren penguatan rupiah dalam jangka panjang.
Akan tetapi, isu inflasi masih akan memberikan sentimen negatif ke rupiah, di mana pada minggu kedua Feb17, survei BI menunjukkan peluang inflasi naik ke 3,95% YoY.
“Rupiah hari ini bisa tertekan yang selain akibat penguatan dolar juga ketidakpastian pilkada DKI Jakarta,” katanya dalam riset.