Bisnis.com, JAKARTA — Analis PT Yuanta Securities Indonesia menilai pemulihan penjualan properti kemungkinan baru akan mulai terasa pada semester kedua 2017, meskipun sejumlah pengembang cukup optimis mengerek target dengan pertumbuhan tinggi dibandingkan tahun lalu.
Analis Yuanta Securities Indonesia, Wendy Chandra mengatakan, pengembang cukup percaya diri untuk menetapkan target marketing sales meningkat rata-rata 16%--19% YoY, sementara PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) mematok target pertumbuhan paling tinggi mencapai 50%.
Program pengampunan pajak dan pelonggaran LTV menjadi penyebab utama penetapan target-target agresif tersebut. Meski begitu, tuturnya, pihaknya menilai pemulihan penjualan properti baru akan dimulai di semester kedua.
“Kami melihat daya beli di semester pertama 2017 terhadap penjualan properti primer masih akan lemah, sementara properti sekunder yang diuntungkan karena bebas dari pajak pertambahan nilai (PPN) akan melebih properti primer,” katanya dalam risetnya, Senin (13/2/2017).
Sementara itu, pemerintah daerah DKI Jakarta telah menetapkan kebijakan yang membebaskan BPHTB hanya bagi pembeli rumah pertama tidak akan terlalu signifikan mendorong permintaan.
Di sisi lain, rencana pemerintah untuk menetapkan skema perpajakan baru untuk menanggulangi masalah tingginya harga lahan, backlog perumahan, dan aksi spekulasi tampaknya tidak akan menggangu bisnis pengembang.
Kebanyakan pengembang berharap adanya peningkatan penjualan karena pemangkasan suku bunga, pelonggaran rasio LTV dan program pengampunan pajak akan memacu penjualan tahun ini. Meski begitu, tuturnya, pihaknya percaya permintaan rumah tahun ini masih didominasi oleh pengguna akhir di segmen bawah hingga atas.
Itu pun, permintaan tersebut kemungkinan baru akan terealisasi di semester kedua karena pasar masih menunggu dan melihat sambil berharap pada kebijakan perpajakan yang lebih menarik dari pemerintah terhadap pembelian rumah.
“Oleh karena itu, kami lebih memilih perusahaan properti yang lebih banyak merambah proyek segmen menengah, land bank yang lebih besar dan diversifikasi produk di luar Jakarta,” katanya.
Pihaknya paling merekomendasikan saham PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE).
Rekomendasi beli untuk saham BSDE terutama didukung oleh valuasinya yang menarik, yakni diskon 55% dari RNAV perusahaan. Selain itu, BSDE memiliki rekam jejak yang baik di bidang pengembangan kota terintegrasi dan didukung pula kepemilikan lahan besar di lokasi strategis.
“Kami menetapkan target harga pengambilan untung (TP) untuk 12 bulan bagi CTRA pada Rp1.550 dan BSDE pada Rp2.450,” katanya.
Pada perdagangan Senin (13/2), saham CTRA ditutup menguat 2,14% menjadi Rp1.430, sementara saham BSDE ditutup tidak berubah di posisi Rp1.905 per saham.