Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GJTL Optimis Lunasi Obligasi

Emiten korporasi otomotif GJTL optimis dapat melakukan refinancing pada semester pertama tahun ini
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—Emiten komponen otomotif PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) optimis dapat melakukan refinancing pada semester pertama tahun ini terhadap obligasi mereka senilai US$500 juta yang akan segera jatuh tempo pada Februari 2018.

GJTL sebelumnya telah diturunkan peringkat corporate family rating atau CFR-nya oleh lembaga pemeringkan internasional Moody’s Investor Service dari B3 menjadi Caa1 dengan outlook negatif. Pemangkasan peringkat oleh Moody’s ini dikarenakan potensi risiko GJTL dianggap semakin besar menjelang tanggal jatuh tempo.

Catharina Widjaja, Girektur Gajah Tunggal mengatakan, penurunan peringkat terjadi karena faktor refinancing atau kekuatiran Moody’s terhadap kemampuan perseroan untuk memperoleh sumber likuiditas untuk melunasi utang jatuh temponya.

Hal ini terutama disebabkan oleh faktor risiko kurs yang kemungkinan akan ditanggung perseroan. Penguatan dollar yang diproyeksikan akan terjadi seiring rencana The Fed untuk menaikan suku bunga tiga kali tahun ini akan secara langsung berpengharuh terhadap kestabilan likuiditas perseroan.

Catharina mengakui bahwa penguatan dollar jelas akan berdampak terhadap utang obligasi perseroan yang memang banyak diterbitkan dalam mata uang dollar. Akan tetapi, tuturnya, secara operasional dampak kurs masih terkendali karena sekitar 43% pendapatan GJTL adalah dari eksport.

Lagi pula, GJTL saat ini tengah melakukan finalisasi beberapa opsi untuk melakukan refinancing terhadap obligasi tersebut. Dirinya cukup optimis perseroan dapat melakukan refinancing obligasi tersebut pada semester pertama tahun ini.

Optimisme tersebut terutama ditopang oleh kinerja keuangan perseroan yang diproyeksikan akan lebih baik tahun ini. Meski enggan menjabarkan lebih lanjut target pertumbuhan pendapatan perseroan tahun ini serta realisasi hingga akhir tahun lalu, Catharina mengatakan bahwa perseroan masih bisa mencatatkan peningkatan kinerja yang berkesinambungan tiga tahun terkahir.

“Secara operasional, kinerja perusahaan di tahun 2016 lebih baik dari tahun 2015 dan kami melihat tahun 2017 akan lebih baik lagi,” katanya melalui surat elektronik, Rabu (8/2/2017).

Catharina juga enggan mengungkapkan opsi refinancing yang akan diambil, entah melalui penerbitan obligasi baru ataukah pengajuan utang baru pada bank. Dirinya juga enggan menjelaskan apakah utang baru tersebut akan dikeluarkan dalam nominasi rupiah atau dollar.

Berdasarkan laporan keuangan per September 2016, aset GJTL hanya meningkat 2,6% yoy senilai Rp17,96 triliun. Penjualan pun hanya tumbuh 6,5% menjadi Rp10,2 triliun. Namun, dengan penjualan tersebut, perseroan mampu membukukan peningkatan laba bersih 161,2% dari semula merugi Rp588,2 miliar menjadi untung Rp359,9 miliar.

Sebelumnya, Moody’s memperingatkan GJTL untuk segera menunjukkan kemampuan akses ke pasar modal untuk kepentingan refinancing obligasi jatuh tempo tersebut. Jika dalam enam hingga tiga bulan mendatang GJTL tidak mampu mengakses pasar modal, peringkat yang diberikan bisa lebih rendah lagi.

Moody’s juga menilai, meski GJTL akan mampu untuk melakukan refinancing terhadap setengah dari utang tersebut, resiko kurs berpotensi memaksa perseroan untuk memperpanjang tanggal jatuh tempo obligasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper