Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rencana Pengerekan Suku Bunga AS Terganjal Data PDB

Rencana pengerekan suku bunga dalam Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung pada Selasa-Rabu (31/1-1/2) masih terganjal data pertumbuhan domestik bruto (PDB) AS yang mengecewakan.
the Federal Reserve di Washington D.C./Ilustrasi-en.wikipedia.org
the Federal Reserve di Washington D.C./Ilustrasi-en.wikipedia.org

Kabar24.com, JAKARTA--Rencana pengerekan suku bunga dalam Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung pada Selasa-Rabu (31/1-1/2) masih terganjal data pertumbuhan domestik bruto (PDB) AS yang mengecewakan.

Sri Wahyudi, Analis PT Garuda Berjangka, menyampaikan pertemuan FOMC menjadi salah satu pameter penting untuk melihat proyeksi ekonomi AS.

Namun, rencana pengerekan suku bunga dalam rapat nanti masih terganjal data PBD AS yang kurang apik. PDB AS kuartal IV/2016 tumbuh sebesar 1,9%, atau turun dari triwulan sebelumnya senilai 3,5%.

Menurutnya, pasar terutama menunggu informasi mengenai rencana pengerekan suku bunga The Fed dari rapat FOMC. Tahun ini, bank sentral merencanakan kenaikan sebanyak dua hingga tiga kali dari level 0,5%-0,75%.

Dalam waktu dekat, indeks dolar tertekan oleh gelojak politik di dalam negeri akibat kebijakan kontroversi Trump. Presiden mengesahkan peraturan yang menahan imigrasi dari 7 negara mayoritas muslim.

Pada perdagangan Selasa (31/1) pukul 17:48 WIB, indeks dolar AS turun 0,02 poin atau 0,02% menuju 100,41. Sepanjang tahun berjalan, indeks terkoreksi 1,77%.

"Kebijakan Trump mengundang demonstrasi global dan memicu pelemahan dolar. Akhirnya mata uang lain mendapatkan angin segar, termasuk rupiah," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (31/1/2017).

Namun demikian, pelemahan dolar tidak serta-merta mendongkrak penguatan rupiah, karena AS hanya berkontribusi 10% terhadap ekspor Indonesia. Adapun China berkontribusi 15% dari total ekspor, sehingga perbaikan ekonomi di Negeri Panda turut memberikan sentimen positif terhadap perekonomian Tanah Air.

PDB kuartal IV/2016 China sebesar 6,8% menunjukkan perbaikan dari tiga triwulan sebelumnya yang konstan di level 6,7%. Sementara dari sisi internal, pasar menunggu rilis data inflasi periode Januari 2017 pada Rabu (1/2), untuk mengonfirmasi pergerakan rupiah.

Menurut Sri, rilis hasil FOMC berpotensi memberikan sentimen positif terhadap dolar AS. Adapun dalam jangka panjang dolar AS berpeluang menguat, tetapi masih terbatas.

"Kenaikan dolar tidak akan terlalu tinggi, karena setelah lonjakan naik berpeluang terjadi lonjakan turun. Pasar juga menanti kebijakan Trump yang sejalan dengan Federal Reserve," ujarnya.

Tabel Probabilitas Jadwal Pengerekan Suku Bunga Federal Reserve
Tanggal* Probabilitas (%)
2/1 13,5%
15/3 33%
3/5 47,8%
14/6 71,2%
26/7 75,5%
20/9 83,8%
1/11 86,5%
13/12 92,9%

*Tanggal Federal Open Market Committee (FOMC) 2017
Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper