Bisnis.com, JAKARTA – Firma jasa manajemen aset, Amundi SA. yang mengatur aset senilai lebih dari US$1,1 triliun, membeli yen Jepang serta menjual mata uang Kanada di saat dorongan Presiden AS Donald Trump atas proteksionisme perdagangan berpotensi mengeruhkan janji stimulus fiskalnya.
Mata uang negara dengan ekonomi bersurplus eksternal besar, termasuk yen, dinilai akan menguntungkan ketika konflik perdagangan bergejolak. Adapun, dolar Kanada dapat melemah akibat defisit transaksi berjalan negara tersbut.
“Sejak kemenangan Trump pada November, pasar telah terlalu banyak fokus pada kebijakan fiskal dan membeli dolar. Sekarang saatnya melihat koreksi kembali akibat kebijakan perdagangan,” ujar James Kwok, Head of Currency Management Amundi, seperti dikutip dari Bloomberg (Selasa, 24/1/2017).
Mata uang Jepang telah menguat 3,6% terhadap dolar tahun ini, sementara loonie (sebutan populer untuk dolar Kanada) telah mengekor mayoritas mata uang utama lainnya dengan penguatan 1,6%.
Sementara itu, UBS Group AG., bank swasta terbesar di dunia, menyarankan para kliennya untuk mengambil posisi yang akan diuntungkan dari pelemahan dolar atau mengurangi pertaruhan atas kenaikan greenback terhadap mata uang termasuk euro, yen, dan kron Swedia.
“Dolar cenderung akan mencapai puncaknya dalam beberapa bulan ke depan ketika perbedaan dalam performa ekonomi dan suku bunga rill antara AS dan negara lainnya mulai mereda,” ujar Maximilian Kunkel, Senior Investment strategist UBS.