Bisnis.com, JAKARTA— Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) mencatat konsumsi Liquefied Petroleum Gas (LPG) pada 2016 sebesar 6,67 juta ton, di mana sekitar 66,3% diperoleh dari impor.
Berdasarkan data KESDM, konsumsi Liquefied Petroleum Gas (LPG) pada 2016 sebesar 6,67 juta ton. Adapun, sebanyak 4,4 juta ton (66,3%) diperoleh dari diimpor dan sisanya 2,2 juta ton dipasok dari dalam negeri.
Impor LPG tahun ini diperkirakan naik menjadi 5 juta ton atau 70% dari total kebutuhan. PT Pertamina (Persero) tengah menjajaki impor LPG dari AS mulai tahun ini. Impor LPG dari AS rencananya akan mengganti impor yang selama ini didominasi negara-negara Timur Tengah (90% impor).
Adapun, harga LPG dari AS menurut Pertamina bisa lebih murah dibanding LPG Timur Tengah. Kenaikan impor LPG didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat, konversi minyak tanah ke LPG di Indonesia Timur dan konversi BBM ke LPG untuk nelayan.
“Di sisi lain, produksi LPG di dalam negeri mengalami penurunan. Alternatif impor LPG dari AS dengan harga lebih murah dapat membantu menekan subsidi pemerintah,” papar riset HP Financials yang diterima, Rabu (18/1/2017).
Dalam APBN 2017, subsidi BBM dan LPG tabung 3 kg sebesar Rp 32,3 triliun, turun 26% dari APBNP 2016 sebesar Rp43,69 triliun.