Bisnis.com, JAKARTA--Harga aluminium diprediksi mengalami tekanan seiring dengan meningkatnya produksi China yang mengaktifkan kembali pabrik idled.
Pada penutupan perdagangan Selasa (13/12), harga alumunium di London Metal Exchange naik 10 poin atau 0,58% menjadi US$1.741 per ton. Angka ini menunjukkan sepanjang tahun berjalan harga sudah meningkat 15,53%.
China yang menyumbang sekitar 50% pasokan alumunium di pasar global menaikkan jumlah produksi. Menurut data biro statistik setempat, per November level produksi meningkat 3,8% (year on year/yoy) menjadi 2,8 juta ton yang menunjukkan sinyal kestabilan ekonomi.
Meskipun mengalami peningkatan, dalam 11 bulan pertama 2016 produksi alumunium nasional turun 0,7% yoy menjadi 28,98 juta ton.
Guo Qiuying, analis SDIC Essence Futures Ltd., menuturkan harga logam yang sudah naik 16% sepanjang tahun berjalan di bursa LME menggoda industri kembali memacu produksi. Alhasil harga bisa tenggelam di tengah peningkatan pasokan domestik.
"Persediaan kembali meningkat dengan adanya pertumbuhan produksi dan pengaktifan kembali pabrik-pabrik yang idled," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (14/12/2016).
Guo memprediksi tren produksi alumunium akan bertumbuh dalam beberapa bulan mendatang. Sementara pasar baru kembali stabil pada Maret--April 2017.
China Nonferrous Metals Industry Association menyebutkan harga logam diperkirakan jatuh pada akhir Januari akibat perlambatan permintaan menjelang Tahun Baru Imlek dan perlambatan sektor manufaktur. Koreksi harga berpeluang terjadi karena reli baru-baru ini tidak berdasar kepada fundamental yang kuat.
Citigroup Inc., memaparkan naiknya harga alumunium mendorong pemerintah China untuk mengaktfikan kembali pengoperasian smelter. Sampai akhir tahun, pasokan dari pabrik idled akan bertambah 2 juta ton dari kapasitas 4 juta ton yang ditutup pada 2015.
Secara keseluruhan, pasokan alumunium dari Negeri Panda akan bertumbuh 2,2% yoy pada 2016. Berdasarkan data Bank Dunia, China menghasilkan 31,41 juta ton alumunium pada tahun lalu.
Laporan Bank Dunia menyebutkan harga alumunium di bursa LME naik 3% pada kuartal ketiga 2016 akibat naiknya permintaan dan pemotongan produksi di China. Namun, tren peningkatan harga diprediksi tidak akan bertahan lama seiring dengan penambahan pasokan baru.
"Kondisi surplus masih membayangi pasar alumunium," papar laporan. Rerata harga 2016 diprediksi senilai US$1.575 per ton, terkoreksi 5,4% dari tahun sebelumnya US$1.665 per ton.