Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA KOMODITAS: Ringgit Loyo, Harga CPO Tembus Level Tertinggi 4 Tahun

Harga minyak kelapa sawit atau CPO kembali menembus level tertinggi dalam empat tahun terakhir seiring dengan pelemahan mata uang ringgit dan proyeksi tingkat produksi yang masih rendah.
Buah kelapa sawit/Antara
Buah kelapa sawit/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak kelapa sawit atau CPO kembali menembus level tertinggi dalam empat tahun terakhir seiring dengan pelemahan mata uang ringgit dan proyeksi tingkat produksi yang masih rendah.

Pada penutupan perdagangan Selasa (6/12), harga CPO kontrak Februari 2017 naik 48 poin atau 1,53% menuju 3.183 ringgit (US$715,2) per ton. Hari sebelumnya, harga mencapai 3.135 ringgit (US$705,44) per ton yang menjadi posisi tertinggi sejak Juli 2012.

Sementara mata uang ringgit melemah 0,29% menuju 4,4355 per dolar AS. Sepanjang Desember 2016 harga sudah terkoreksi 0,69%.

Menurut median survei Bloomberg yang melibatkan delapan narasumber dari perusahaan perkebunan, trader, dan analis, persediaan CPO di Malaysia periode November 2016 akan naik 8,3% secara bulanan (month on month/mom) menjadi sekitar 1,7 ton. Angka tersebut merupakan level tertinggi sejak Agustus.

Tingginya stok merupakan efek melesunya ekspor. Pengiriman CPO ke luar negeri pada bulan lalu diprediksi merosot 10% mom menuju 1,28 juta ton atau level terendah sejak Juni.

Dari sisi suplai, tingkat produksi CPO turun 3% mom menuju 1,63 juta ton. Sentimen positif ini berlawanan dengan faktor negatif turunnya ekspor, sehingga harga sempat melemah pada perdagangan pagi. Adapun data resmi dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB) baru akan dirilis 14 Desember 2016.

Paramalingam Supramaniam, director Selangor-based brokerage Pelindung Bestari Sdn, mengatakan proyeksi peningkatan stok tidak menyebabkan harga CPO terguncang. Dari sisi permintaan dan pengetatan pasokan minyak nabati global, serta dorongan harga minyak mentah, nilai jual CPO masih akan meningkat.

"Peluang peningkatan harga CPO sangat terbuka dengan kuatnya faktor fundamental," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (6/12/2016).

Dengan proyeksi stok bulan November antara 1,63 juta -- 1,76 juta ton, persediaan ini masih akan lebih rendah sekitar 42% dibandingkan tahun sebelumnya. Bila dikombinasikan dengan masa produksi musiman yang rendah dan ekspektasi peningkatan permintaan sampai kuartal I/2017, maka CPO masih dalam tren bullish.

Sepanjang tahun berjalan, harga CPO sudah meningkat 26% akibat faktor El Nino yang memotong tingkat produksi serta persediaan di Indonesia dan Malaysia yang menguasai lebih dari 80% pasokan global.

Dorab Mistry, Eksekutif Godrej International Ltd., memaparkan harga CPO bisa mencapai 3.300 ringgit per ton akibat cuaca buruk di Semenanjung Malaysia. Sementara musim hujan di wilayah timur laut Negeri Jiran itu dapat menghalangi proses panen dan transportasi CPO.

Dia menurunkan proyeksi produksi CPO Malaysia pada 2016 menjadi 17,3 juta--17,4 juta ton dari sebelumnya 17,5 juta--17,7 juta ton. Sementara produksi Indonesia akan merosot ke 29 juta ton dibandingkan 2015 sebesar 32 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper