Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan milik Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) membidik target tinggi pada 2017 setelah suksesnya restrukturisasi utang dengan kreditur.
Direktur & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava menuturkan perseroan lebih optimistis membidik target pada tahun depan. Keyakinan itu terjadi seiring rampungnya restrukturisasi utang BUMI dan mulai rebound harga batu bara.
"Sampai akhir 2016, target produksi diproyeksi 85 juta ton-88 juta ton, tahun depan akan lebih tinggi," tuturnya kepada Bisnis.com, Kamis (10/11/2016).
Hingga September 2016, penjualan batu bara BUMI meningkat 10,7% year-on-year menjadi 64,6 juta ton dari 58,4 juta ton. Hingga paruh pertama tahun ini, kerugian BUMI menipis 96,3% menjadi US$11,82 juta dari US$566,24 juta.
Pada perdagangan Kamis (10/11/2016), saham BUMI ditutup pada level tertinggi sejak Maret 2014. Saham BUMI menguat 9,66% sebesar 28 poin ke level Rp318 per lembar dan telah melesat 536% dari angka terendah Rp50 per lembar.
Pada perdagangan Rabu (9/11/2016), harga batu bara kontrak Januari 2017 teraktif di bursa Rotterdam ditutup menguat 1,55% ke level US$77,46 per ton. Penguatan harga batu bara itu mengekor minyak mentah yang menguat.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merilis harga batu bara acuan November 2016 mencapai US$84,89 per ton. HBA itu melompat US$15,82 sebesar 22,9% dari bulan sebelumnya US$69,07 per ton.
Bahkan, lonjakan itu menjadi kenaikan bulanan tertinggi, memecahkan rekor lompatan pada Februari 2011 sebesar US$14,65 per ton. HBA terakhir telah melesat 59,57% sepanjang tahun berjalan.
Tahun depan, harga batu bara diprediksi tetap memanas seiring dengan langkah China yang melanjutkan pemangkasan produksi. Diproyeksi, rerata harga batu bara pada 2017 mencapai US$65-US$70 per ton dari tahun ini US$58-US$59 per ton.