Bisnis.com, JAKARTA--Grup Bakrie menjadi bahan pembicaraan oleh para pelaku pasar. Saham-saham Grup Bakrie akhir pekan harus ambrol setelah beberapa waktu lalu meroket tajam.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan akhir pekan, Jumat (28/10/2016), dua saham emiten Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) terpuruk.
Saham BUMI ditutup turun 9,52% sebesar 18 poin ke level Rp171 per lembar saham dengan total transaksi 1,81 miliar lembar. Saham BUMI sempat meroket 332% dari level terendahnya Rp50 per lembar ke level Rp216 per lembar.
Imbal hasil saham BUMI sejak awal tahun telah mencapai 242%. Kapitalisasi saham emiten batu bara itu tercatat senilai Rp6,26 triliun.
Senior Market & Technical Analyst PT Daewoo Securities Indonesia Heldy Arifien memiliki rasionalisasi soal lonjakan harga saham BUMI. Penukaran utang terhadap saham alias debt to equity swap BUMI menjadi motor.
Secara matematis, Bakrie tidak mungkin menjual saham BUMI di harga murah. Konversi utang BUMI menjadi kepemilikan saham diekspektasikan membuat harga saham BUMI terus melompat.
Hitungan Heldy, penukaran saham BUMI dapat mencapai Rp28 triliun dengan proyeksi harga Rp400 per lembar hingga Rp500 per lembar saham. Secara teknikal, kemungkinan harga saham BUMI akan dikerek ke level Rp280 per lembar hingga Rp290 per lembar.
Lonjakan saham BUMI ratusan persen dinilai bukanlah sebuah 'jebakan betmen'. BUMI tidak mungkin dipailitkan. BUMI masih memiliki PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia dengan cadangan batu bara yang berlimpah.
"Seharusnya BUMI masih ada peluang penguatan lagi," ucap Heldy saat berbincang dengan Bisnis.com, Jumat (28/10/2016).
Setali tiga uang, saham anak usaha BUMI, PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) juga terpuruk. Saham BRMS merosot 9,64% sebesar 8 poin ke level Rp75 per lembar dengan transaksi 1,28 miliar lembar.
Saham BRMS sempat menguat 118% menyentuh level tertinggi Rp109 per lembar dari angka terndah Rp50 per lembar. Return saham BRMS mencapai 50% year-to-date dengan kapitalisasi pasar Rp1,91 triliun.
Irvan Susandy, Kepala Divisi Pengawasan Transaksi PT Bursa Efek Indonesia, menuturkan sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga dan aktivitas saham di luar kebiasaan (unusual market activity/UMA) atas saham BRMS, bursa tengah mencermati perkembangan pola transaksi saham ini.
Sementara, saham Grup Bakrie lainnya yang menjadi trending topic tercatat stagnan. Saham PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) masih tiarap di level gocap.
Saham ENRG ditransaksikan sebanyak 880 juta lembar dan sempat naik 24% ke level Rp62 per lembar. Kapitalisasi saham ENRG mencapai Rp2,45 triliun.
Begitu pula dengan saham PT Dharma Henwa Tbk. (DEWA) yang stagnan di level Rp52 per lembar. Saham DEWA sempat menguat 34% ke level tertinggi Rp67 per lembar dengan return 4% dan kapitalisasi pasar Rp1,1 triliun.