Bisnis.com, JAKARTA— Hingga akhir kuartal III/2016, PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) berhasil membukukan kenaikan laba bersih sebesar 17,21% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan Selasa (25/10/2016), emiten tekstil yang akrab dengan sebutan Sritex ini berhasil mencatat laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$44,89 juta. Nilai tersebut naik 17,21% dibandingkan dengan kuartal III tahun sebelumnya yang US$38,30 juta.
Kenaikan laba bersih tersebut seiring dengan kenaikan penjualan yang ditorehkan perseroan. Sepanjang Januari-September 2016, penjualan tekstil perseroan tercatat US$498,70 juta atau naik 7,03% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai US$465,92 juta.
Penjualan terbesar masih dikontribusi oleh penjualan benang di mana penjualan ekspor benang tercatat US$93,90 juta, sedangkan penjualan benang untuk lokal sebesar US$106,44 juta.
Sementara itu, beban pokok penjualan juga ikut naik menjadi US$394,47 juta, dari sebelumnya yang senilai US$369,06 juta.
Pada sisi lain, Lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's menurunkan rating kredit jangka panjang PT Sri Rejeki Isman Tbk. menjadi B+ dari BB- dengan outlook stabil. Eric Nietsch, analis S&P Singapura, mengatakan pihaknya juga menurunkan peringkat surat utang global jangka panjang yang diterbitkan oleh Golden Legacy Pte. Ltd. dan digaransi oleh Sritex menjadi B+ dari BB-.
"Kami menegaskan peringkat Sritex skala regional Asean pada level axBB. Kami telah menghapus seluruh peringkat dari credit watch, di mana SRIL disematkan pada level implikasi negatif pada 21 September 2016," tuturnya dalam siaran pers, Senin (24/10/2016).
S&P kemudian menarik seluruh peringkat itu sesuai dengan permintaan emiten. Penurunan peringkat Sritex lantaran S&P yakin utang untuk mendanai ekspansi anak usaha, PT Rayon Utama Makmur, meningkatkan risiko pada Sritex di tengah lonjakan konsolidasi operasional.