Bisnis.com, JAKARTA-- Perusahaan manajer investasi Increntum AG memprediksi harga emas dapat mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah, yakni US$2.000 per troy ounce, dalam dua tahun ke depan.
Pada perdagangan Kamis (13/10) pukul 11:23 WIB harga emas gold spot naik 5,24 poin atau 0,42% menuju ke US$1.260,49 per troy ounce (Rp527.968,35 per gram).
Adapun harga jual emas Antam naik Rp1.000 per gram ke level Rp560.600—Rp600.000 per gram. Sementara harga buyback juga meningkat Rp1.000 menuju Rp524.000 per gram.
Kenaikan inflasi dan mengendurnya kepercayaan pasar atas kemampuan bank sentral dalam memacu pertumbuhan global menjadi pendorong utama pertumbuhan batu kuning.
Ronald Stoeferle, managing partner Incrementum AG, mengatakan peningkatan harga barang-barang konsumsi seiring dengan rebound minyak mentah, penerapan suku bunga rendah atau negatif, dan pembelian obligasi oleh bank-bank sentral akan gagal mengangkat perekonomian.
"Inflasi nantinya akan sangat mengejutkan. Pada saat itulah Anda sangat ingin memiliki emas dalam portofolio Anda," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (13/10/2016).
Menurutnya, harga emas bisa meningkat melebihi US$2.000 per troy ounce pada 2018, melebihi puncak harga sepanjang sejarah, yakni US$1.921,17 per troy ounce pada 2011.
Meskipun demikian, tidak semua analis berpandangan positif terhadap emas. Saat ini, harga masih tertekan akibat proyeksi pengerekan suku bunga The Fed, setelah melonjak tajam pada paruh pertama 2016.
Binky Chadha, Chief Global Strategist Deutsche Bank AG, mengatakan harga emas wajar mengalami penurunan dalam waku dekat. Pasalnya, harga sudah terlalu mahal (overvalued) sekitar 20%--25%.
Sementara itu, Luc Luyet, currencies strategist Pictet Wealth Management, menyampaikan masih ada probabilitas kenaikan suku bunga Federal Reserve sebanyak tiga kali sampai akhir 2017. Hal ini bakal menguatkan dolar AS, sehingga memukul harga emas.