Bisnis.com, JAKARTA - PT Mandiri Sekuritas menilai overweight pasar saham Indonesia dan memilih empat saham yang memilki inti kinerja berkualitas serta lima saham yang diuntungkan dari program infrastruktur dan amnesti pajak.
Saham pilihan yang punya inti kinerja berkualitas yakni PT Bank Central Asia Tbk.(BBCA), PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA), dan PT Bukit Asam (Persero) Tbk. (PTBA).
Sementara itu, saham yang menurut Mandiri Sekuritas akan diuntungkan dari program infrastruktur dan amnesti pajak yakni PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON), PT Ciputra Surya Tbk. (CTRS), PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE), dan PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS).
John Rachmat, Kepala Riset Ekuitas Mandiri Sekuritas, mengatakan pasar saham global saat ini mengalami kegelisahan dari dua risiko utama, yakni pemilihan presiden di AS dan potensi penaikan Fed Fund Rate (FFR).
":Kami meyakini dua risiko itu akan terkendali. Pada sisi domestik kami memprediksi ada kejutan positif dari perbaikan pada belanja konsumsi. Kami menetapkan kembali rekomendasi overweight untuk pasar saham Indonesia," katanya dalam hasil riset yang terbit pada Rabu (12/10).
Setelah empat kuartal konsumsi rumah tangga turun 5%, pada kuartal II/2016 konsumsi rumah tangga melonjak menjadi 5,04%. Beberapa ekonom menganggap hal tersebut sebagai peralihan waktu dari perayaan Lebaran, yang berarti mereka memprediksi kuartal III/2016 belanja konsumsi kembali ke angka negatif 5%.
"Meski begitu, penaikan harga komoditas ekspor Indonesia dan inflasi yang turun secara konsisten dapat memberikan kita perbaikan yang mengejutkan pada sisi konsumsi rumah tangga," ujar John.
Dia yakin kebijakan Donald Trump dapat memicu kejatuhan pasar obligasi dan perang dagang. Meskipun polling menilai hasil debat kedua calon presiden AS masih kurang baik, video klip Trump yang menunjukkan penggunaan bahasa vulgar dalam mendeskripsikan wanita, menurut John, dapat mengakhiri peluangnya dalam pencalonan kali ini.
John memprediksi tidak terjadi penurunan suku bunga acuan AS karena inflasi AS yang cukup tenang. Kami juga tidak memprediksi ada reaksi negatif berlebihan pada pasar saham karena saat ini tidak ada faktor penggangu lain, seperti turunnya harga minyak atau indeks China, tutur John.