Bisnis.com, JAKARTA--Merosotnya harga emas ke bawah level US$1.250 per troy ounce menjadi kesempatan investor untuk melakukan pembelian. Emas dipercaya masih menjadi aset lindung nilai pilihan dari risiko perekonomian global.
Pada penutupan perdagangan Jumat (7/10) harga emas gold spot naik 2,7 poin atau 0,22% menuju ke US$1.257,08 per troy ounce (Rp508.372 per gram). Harga tersebut menunjukkan emas mengalami penurunan mingguan terbesar dalam dua tahun terakhir.
Adapun harga jual emas Antam stagnan di level Rp559.600—Rp599.000 per gram. Sementara harga buyback juga merosot Rp6.000 menuju Rp529.000 per gram.
Goldman Sachs Group Inc., memaparkan menurunnya harga emas menuju arah US$1.250 per trouy ounce memberikan peluang pembelian bagi investor. Pasalnya, komoditas tersebut masih dipercaya sebagai salah satu aset lindung nilai pilihan.
Pada paruh pertama, harga emas terus bersinar akibat langkah ragu Federal Reserve dalam mengerek suku bunga dan keputusan referendum Inggris untuk keluar dari Uni Eropa. Namun, harga terpukul belakangan akibat sentimen hawkish dari pernyataan sejumlah pejabat The Fed.
Terkini, Presiden Fed wilayah Cleveland Loretta Mester mengatakan laporan pekerja yang dirilis Jumat (7/10) menunjukkan perekonomian domestik menguat, sehingga menjadi momen tepat bagi Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga.
Padahal data non farm payroll (NFP) periode September hanya naik 156.000, jatuh dari bulan sebelumnya sebesar 167.000 dan perkiraan konsensus 171.000. Adapun tingkat pengangguran naik tipis menjadi 5% dibandingkan Agustus sejumlah 4,9%.
Selain itu, harga logam mulia semakin tertekan akibat kekhawatiran investor perihal bank sentral dunia, seperti European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan (BoJ), mendekati batas stimulus maksimal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Goldman memprediksi aksi jual dapat memicu harga ke bawah US$1.250 per troy ounce mengingat masih adanya risiko penurunan pertumbuhan global. Pasar juga mengkhawatirkan kemampuan otoritas dalam mengatasi setiap potensi guncangan ekonomi.
Penurunan harga juga belum didorong penjualan emas di exchange-traded funds (ETF). Kepemilikan emas di ETF tetap stabil di atas 2.000 ton dan menyentuh level tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
"Permintaan emas di bursa masih tetap utuh, begitu pula dengan permintaan emas fisik sebagai aset lindung nilai yang strategis," papar Goldman, seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (9/10/2016).
Pada Juni lalu, Goldman memprediksi harga emas pada tiga bulan, enam bulan, dan dua belas bulan ke depan masing-masing senilai US$1.300, U$1.2800, serta US$1.250 per trouy ounce. Dengan segala sentimen yang memengaruhi, mereka memprediksi harga berada di posisi US$1.280 per troy oune pada akhir 2016.
Faktor utama yang memengaruhi ialah kenaikan suku bunga Federal Reserve pada Desember. Probabilitas pengerekan suku bunga pada bulan itu mencapai 65%, sejalan dengan proyeksi pasar.