Bisnis.com, JAKARTA - Credit Suisse Securities Indonesia merekomendasikan sektor properti, otomotif, dan ritel, seiring dengan risiko perkembangan program amnesti pajak dan risiko pemangkasan anggaran belanja infrastruktur yang dapat menekan emiten sektor konstruksi.
Research Analysts Credit Suisse Securities Indonesia Jahanzeb Naseer menuturkan sektor yang paling diuntungkan dari belanja infrastruktur pemerintah yang agresif adalah sektor konsumer dan konstruksi. Credit Suisse telah menempatkan dua sektor tersebut sebagai saham pilihan selama hampir dua tahun terakhir.
"Saham emiten sektor tersebut diperdagangkan pada tingkat valuasi tertinggi seiring ekspektasi pertumbuhan yang signifikan. Menurut kami, ekspektasi tersebut akan menimbulkan risiko terhadap valuasi maupun konsensus pendapatan emiten," ujarnya dalam riset yang dikutip Jumat (16/9/2016).
Saat ini, sektor konstruksi dan konsumer tidak lagi masuk dalam daftar portofolio Credit Suisse. Namun, sekuritas asing ini tetap menyukai saham INDF yang dinilai memiliki valuasi yang lebih murah dan potensi pertumbuhan marjin yang baik.
Naseer menuturkan sektor properti akan diuntungkan oleh kondisi suku bunga yang cenderung turun dan relaksasi aturan LTV. Selain itu, sektor properti juga akan berdampak positif karena dana repatriasi amnesti pajak boleh diinvestasikan ke dalam properti.
"Kami suka emiten yang siap untuk menjual inventori segmen high-end seperti CTRA dan emiten yang memiliki cadangan tanah dan pendapatan sewa seperti BSDE dan SMRA," lanjutnya.
Di sektor ritel, Credit Suisse menggeser rekomendasi saham dari emiten ritel segmen menengah bawah ke segmen menengah atas yang memiliki perputaran operasional baik, seperti MAPI dan ACES.
Naseer berharap sektor ini akan membukukan kinerja positif pada 2017 setelah cukup tertekan oleh lesunya pertumbuhan ekonomi dalam beberapa kuartal terakhir.
Sementara itu, sektor otomotif akan mendapatkan sentimen positif dari amnesti pajak, suku bunga yang turun, dan peluncuran mobil model baru.