Bisnis.com, JAKARTA— Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Senin (22/8/2016).
Rupiah berakhir terdepresiasi 65 poin atau 0,48% di level Rp13.226 per dolar AS setelah diperdagangkan pada kisaran Rp13.160 – Rp13.255 per dolar AS.
Pagi tadi, rupiah sempat dibuka menguat tipis 3 poin atau 0,02% di Rp13.160 per dolar AS. Namun , rupiah kemudian berbalik melemah dan terus tertekan di zona merah hingga akhir perdagangan.
Pelemahan rupiah pada perdagangan hari ini dipengaruhi oleh menguatnya dolar AS menyusul meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan tahun ini.
“Untuk rupiah satu sisi sentimen Fed yang mengindikasikan ada satu kali kenaikan untuk suku bunga,” kata Analis Ekuitas BNI Securities Richard Jerry saat dihubungi hari ini, Senin (22/8/2016).
Gubernur bank sentral AS Federal Reserve Janet Yellen dijadwalkan akan berpidato pada simposium kebijakan moneter dan ekonomi di Jackson Hole, Wyoming pada Jumat (26 Agustus 2016) sekitar pk. 22.00 WIB.
Para investor dipastikan akan fokus pada pernyataannya yang juga dapat memberikan petunjuk tentang kecenderungan penaikan suku bunga The Fed (Fed Funds Rate/FFR) pada September 2016.
Menjelang pertemuan yang akan dihadiri oleh para ekonom dan bankir dari berbagai bank sentral di seluruh dunia tersebut, sejumlah pejabat The Fed memberikan pernyataan hawkish yang telah mendorong spekulasi penaikan suku bunga tahun ini.
Sebelumnya, Ketua The Fed wilayah San Fransisco John Williams mengisyaratkan dukungannya untuk penaikan suku bunga AS dalam waktu dekat, sementara itu Ketua The Fed wilayah New York William Dudley menegaskan kembali keyakinannya terhadap kemungkinan penaikan suku bunga.
Aementara itu indeks dolar AS terpantau menguat 0,21% atau 0,19 poin ke level 94,70 pada pukul 15.58 WIB
Selain rupiah, seluruh mata uang di Asia Tenggara bergerak melemah. Dolar Singapura terpantau melemah 0,37%, ringgit Malaysia melemah 0,36%, baht Thailand melemah 0,09%, sedangkan peso Filipina melemah 0,36%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel