Bisnis.com, JAKARTA— Ruang penurunan imbal hasil surat utang negara (SUN) pada perdagangan Selasa (12/7/2016) masih terbuka lebar.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan imbal hasil global terutama di negara maju naik pada penutupan perdagangan selaman mengikuti imbal hasil US Treasury yang terangkat ekspektasi baiknya rilis laporan keuangan perusahaan AS.
Namun demikian, di negara berkembang, imbal hasil masih akan turun terutama mereka yang masih menawarkan imbal hasil tinggi relatif terhadap negara maju.
Saat ini pasar obligasi global berharap adanya gelombang susulan likuiditas global menyusul beberapa peristiwa global, seperti komitmen BoE menjaga likuiditas setelah syok Brexit, kemenangan PM Abe di parlemen dan komitmen BoJ untuk membalik tekanan penguatan yen akibat permintaan aset safe-haven, stimulus fiskal dan moneter PBoC untuk menandingi usaha Jepang serta the Fed yang semakin ragu untuk segera menaikkan FFR target.
Singkatnya imbal hasil global masih akan turun. Sementara itu dari domestik, inflasi yang terjaga rendah serta komitmen BI melakukan pelonggaran masih menjadi faktor positif.
“Keberhasilan pelaksanaan tax amnesty akan memberikan tambahan sentimen positif untuk pasar SUN. Dengan itu ruang penurunan imbal hasil SUN masih terbuka lebar,” katanya dalam riset yang diterima Selasa (12/7/2016).
Sementara itu yield obligasi pemerintah dengan seri FR 56 dengan tenor 10 tahun sudah melemah tujuh hari perdagangan secara berturutan. Pelemahan imbal hasil hasil terjadi mulai perdagangan Senin (27/7/2016) hingga hari ini.
Posisi yield FR56 pada tanggal 27 Juni 2016 sebesar 7,63%, sementara itu hari ini pk. 10.54 WIB imbal hasil berada di posisi 7,05%.