Bisnis.com, JAKARTA— Harga surat utang negara (SUN) diprediksi masih berpeluang untuk mengalami kenaikan setelah data inflasi di Juni 2016 yang masih sejalan dengan estimasi membuka peluang bagi Bank Indonesia untuk kembali menurunkan tingkat suku bunga acuan.
Selain itu, analis fixed income PT MNC Securities Indonesia I Made Adi Saputra mengatakan kekhawatiran atas dampak dari keluarnya UK dari Uni Eropa (Brexit) mendorong beberapa Bank Sentral untuk mempersiapkan stimulus guna mengantisipasi dampak dari Brexit terhadap kondisi ekonomi global. Stimulus tersebut diperkirakan akan berdampak positif terhadap pasar keuangan negara berkembang termasuk terhadap pasar Surat Utang Negara domestik.
Adapun dari pasar surat global, imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan hari Jum'at,8 Juli 2016 ditutup dengan penurunan pada level 1,369% dari posisi penutupan sebelumnya di level 1,39% sebagai respon atas data sektor tenaga kerja Amerika di bulan Juni yang lebih baik dari perkiraan.
Tenaga kerja Amerika di luar sektor pertanian (nonfarm payrolls) di bulan Juni 2016 bertambah sebesar 287 ribu tenaga kerja, di atas perkiraan yang sebesar 180 ribu tenaga kerja serta dari data pertumbuhan ekonomi di bulan Mei 2016 yang direvisi turun pada level 11000 tenaga kerja.
Kemudian, imbal hasil dari Surat Utang Jerman (Bund) ditutup turun pada level -0,1962% dari posisi penutupan sebelumnya -0,17% dan imbal hasil Surat Utang Jepang juga ditutup dengan penurunan pada level -0,292% dari posisi penutupan sebelumnya di kisaran -0,28%.
“Secara teknikal, harga SUN berada pada tren kenaikan setelah dalam beberapa hari terakhir jelang libur panjang mengalami kenaikan harga, kami perkirakan akan membuka peluang kenaikan harga pada perdagangan hari ini. Hanya saja pelaku pasar perlu mewaspadai terjadinya aksi ambil untung (profit taking) didorong oleh harga SUN yang sudah memasuki area jenuh beli (overbought),” katanya dalam riset, Senin (11/7/2016).