Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang yen menguat ke level tertinggi dalam dua setengah tahun terakhir seiring dengan bertambahnya ketidakpastian politik di Inggris dan kekhawatiran atas kinerja Bank Italia.
Pada perdagangan Selasa (5/7/2016) harga pasangan JPY-USD naik 0,79 poin atau 0,77% menuju 101,77 per dolar AS. Sementara terhadap 15 mata uang utama lainnya, yen masih menunjukkan keperkasaannya karena naikknya permintaan terhadap aset haven.
Indeks dolar terkoreksi 0,061 poin atau 0,06% menuju 95,588 poin. Sementara pound sterling dan euro sama-sama merosot 1,11% serta 0,03% menuju 1,3140 dan 1,1151 per dolar AS.
Keputusan Inggris berpisah dari Uni Eropa sempat membuat mata uang pound sterling anjlok ke level terendah dalam 31 tahun terakhir sekaligus memenangkan asset haven seperti emas dan yen ke level puncak baru di 2016.
Kondisi politik Inggris semakin kacau setelah Nigel Farage, pemimpin Partai Kemerdekaan yang mendukung Brexit mengundurkan diri kemarin, Senin (4/7). Di tempat terpisah, regulator mendesak Bank Italia membereskan neraca keuangan setelah mengalami kerugian pasca Brexit.
Vishnu Varathan, Ekonom Senior Mizuho Bank Ltd., menuturkan pasar dilanda kekhawatiran yang terjadi di Inggris yang ditambah ketidakpastian tentang Bank Italia. "Risiko politik dan ekonomi memicu permintaan aset haven," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (5/7/2016).
Setelah putusan Brexit pada Jumat, 24 Juni 2016, mata uang yen berhasil meraih posisi tertinggi sejak Februari 1973. Namun, nilainya yang meningkat begitu tinggi dianggap berbahaya bagi kinerja perekonomian dalam negeri.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan telah memerintahkan Menteri Keuangan Taro Aso untuk bekerja sama dengan BoJ dalam memantau pasar keuangan. Langkah ini bertujuan menstabilkan kondisi pasar.
Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda sebelumnya pada Jumat (24/6) menyatakan pemerintah dan bank sentral sedang mempertimbangkan langkah-langkah intervensi untuk menahan kenaikan yen yang tiba-tiba.
Reli yen berimbas mengurangi biaya impor Negeri Sakura sekaligus membuat ekspor kurang kompetitif. Selain itu, target inflasi 2% dari BoJ semakin jauh panggang dari api.