Bisnis.com, JAKARTA--Perusahaan perunggasan PT Sierad Produce Tbk. (SIPD) meningkatkan target penjualan sebesar Rp3,2 triliun pada 2016.
F. X. Awi Tantra, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan SIPD, menuturkan pada 2016 perusahaan menaikkan target penjualan bersih sebesar 51,44% menuju Rp3,2 triliun dari tahun sebelumnya sebanyak Rp2,113 triliun. Laba bersih pun dipacu meningkat dari minus Rp362 miliar menjadi Rp42 miliar.
Manajemen berpandangan dari sisi makro, pertumbuhan domestik bruto (PDB) Tanah Air di 2016 ini akan lebih positif dibandingkan tahun sebelumnya. Secara otomatis, daya beli masyarakat pun meningkat.
Awi menyebutkan, periode 2015 merupakan masa pemerosotan bagi hampir keseluruhan industri, termasuk sektor perunggasan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) melansir tingkat ekonomi Indonesia tahun lalu tumbuh 4,79% atau melambat bila dibandingkan 2014 sebesar 5,02%.
Dari sisi mikro, sambungnya, penjualan bersih SIPD anjlok akibat turunnya volume penjualan pakan ternak. Strategi ini diterapkan untuk meminimalkan dampak risiko usaha karena melemahnya pasar.
"Kami bisa saja memacu penjualan [pakan ternak], tetapi pasar ternak pun masih lesu sehingga tingkat pembayaran pembeli kepada perusahaan mengkhawatirkan. Karena itu, kami menahan diri dalam melepas produk," tuturnya setelah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Jakarta, Senin (30/5/2016).
Menurutnya, faktor lain yang paling menekan kinerja adalah lesunya harga day old chicken (DOC) dalam waktu lama akibat surplus suplai. Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko volatilitas harga pada DOC, komoditas pakan ternak, maupun ayam potong, perusahaan berencana memacu komposisi produk olahan mencapai 28% dari total penjualan 2016 dari tahun sebelumnya sekitar 20%.
Mengenai kinerja kuartal pertama, Alwi mengakui tingkat penjualan memang bertumbuh secara tahunan (yoy). Namun, volumenya masih belum signifikan terhadap kontribusi kinerja keseluruhan tahun.
Pada penutupan perdagangan Senin (30/5) harga saham SIPD terkoreksi 10 poin atau 1,63% menuju ke Rp605 per lembar. Angka tersebut menurun 29,65% sepanjang tahun berjalan, setelah mencapai titik puncak di 18 Februari senilai Rp1.000 per lembar.