Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penambahan Modal: Inilah Daftar Lengkap Penerbitan Rights Issue Rp67,15 Triliun

Pengetatan likuiditas perbankan membuat korporasi memilih untuk menggalang dana melalui pemupukan modal, baik melalui aksi rights issue maupun private placement.
Ilustrasi: Karyawan mamantau pergerakan harga saham melalui smartphone./Bisnis.com
Ilustrasi: Karyawan mamantau pergerakan harga saham melalui smartphone./Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA--Pengetatan likuiditas perbankan membuat korporasi memilih untuk menggalang dana melalui pemupukan modal, baik melalui aksi rights issue maupun private placement.

Catatan Bisnis.com, korporasi yang menggelar hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), baik melalui rights issue maupun private placement hingga kemarin, Rabu (25/5/2016) mencapai 33 emiten. Nilai aksi korporasi penambahan modal itu mencapai Rp67,15 triliun, tahun lalu hanya mencapai Rp5,41 triliun dari 11 emiten.

Teranyar, Direktur Utama PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) Hilmi Panigoro mengumumkan rencana penerbitan 3,04 miliar lembar saham baru melalui mekanisme rights issue. Total dana yang ingin diraup mencapai Rp4,65 triliun dengan alokasi 70% untuk membayar utang.

Sumber Bisnis.com menyebutkan PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) berencana menerbitkan saham baru melalui private placement. Namun, Direktur Gajah Tunggal Catharina Widjaja membantah rencana aksi korporasi itu. "Belum ada rencana private placement," tuturnya, Rabu (25/5/2016).

Pada kesempatan berbeda, PT XL Axiata Tbk. memilih jalur rights issue karena ingin mendulang dana guna mempercepat pelunasan utang ke induknya senilai US$500 juta.

Emiten jasa telekomunikasi berkode saham EXCL itu membidik dana Rp6,73 triliun dari aksi rights issue. Perseroan menyatakan Axiata Group, pemegang saham utama XL Axiata, berencana mengambil porsi pada aksi rights issue tersebut.

Kemarin, PT MNC Kapital Indonesia Tbk. mengumumkan harga pelaksanaan non-HMETD senilai Rp1.658 per saham. Emiten jasa keuangan berkode saham BCAP itu berencana menerbitkan maksimal 232,2 juta saham baru dengan nilai nominal Rp100 per saham. Maka, total dana yang berpotensi diraih BCAP sebesar Rp384,98 miliar.

Direktur Keuangan PT MNC Sky Vision Tbk. Erwin R. Andersen sebelumnya mengatakan perseroan telah mendapatkan restu dari rapat umum pemegang saham (RUPS) untuk penambahan modal tanpa HMETD. Aksi private placement direstui maksimum Rp769,96 miliar.

"Private placement akan digunakan untuk keperluan meningkatkan kinerja perseroan, ekspansi membutuhkan dana," ucapnya.

Terpisah, analis PT Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo, menilai aksi penambahan modal dengan atau tanpa HMETD lebih dipilih oleh emiten ketimbang pinjaman perbankan. Aksi HMETD dinilai lebih ideal dilakukan oleh emiten untuk mengukur apresiasi pelaku pasar.

Pinjaman dana perbankan dinilai memiliki suku bunga yang lebih fluktuatif minimum 6,75%. Terlebih lagi setelah diberlakukannya 7-days repo rate oleh Bank Indonesia pada Agustus mendatang.

"Rights issue lebih ideal karena diapresiasi oleh pasar dan memiliki dampak positif bagi emiten. Jumlah saham akan bertambah serta kualitas perdagangan saham akan lebih menarik dan agresif," ucapnya.

Tekanan pada perbankan Tanah Air terus terjadi secara bertubi-tubi, terutama setelah permintaan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait pemangkasan margin bunga bersih (net interest margin/NIM). Kini, perbankan juga menghadapi tekanan pemangkasan suku bunga hingga single digit dari 13,5%.

Korporasi dinilai akan memilih pinjaman perbankan apabila bunga yang dipatok lebih terjangkau. Namun, fungsi intermediasi di perbankan Tanah Air yang terbilang ketat membuat bank lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit agar rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) tidak merangkak naik.

"Saya kira HMETD akan semakin banyak ke depan, dengan cara tersebut tentu minat investor dan pelaku pasar jauh lebih tinggi. Tren tersebut akan populer seiring dengan ketidakpastian harmonisasi kebijakan," paparnya.

Penambahan modal dinilai lebih positif untuk ekspansi ketimbang pembayaran utang. Saat Indeks harga saham gabungan (IHSG) melemah, kualitas pertumbuhan ekonomi rawan koreksi, industri tengah murah, diperkirakan sebagai waktu yang tepat untuk menambah kapasitas produksi.

Sebaliknya, pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy dalam kesempatan terpisah, memperkirakan emiten yang berencana menerbitkan saham baru lewat mekanisme rights issue tidak akan mengeksekusi rencana tersebut saat ini. Sebab, investor sedang tidak bergairah bertransaksi.

"Investor lagi wait and see karena sedang menunggu beberapa hal, seperti rapat The Fed. Kalau mau tetap rights issue seperti sekarang, underwriter mesti siap bila penerbitan saham baru tidak maksimal diserap pasar," kata Budi.

Menurutnya, pasar modal yang masih bearish saat ini disebabkan kekecewaan investor terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I/2016 yang hanya 4,92% year-on-year, lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2015 sebesar 5,04%. Ditambah lagi, kinerja emiten pada tiga bulan pertama tahun ini belum pulih benar dan di bawah ekspektasi pasar.

"Maka, kemungkinan kecil bila mereka mengeksekusi rencana rights issue dalam jangka pendek ini. Kemungkinan besar baru September atau Oktober," ucap Budi.

Head of Corporate Strategy & Research PT Bahana Securities Harry Su, menuturkan penambahan modal melalui HMETD dipilih oleh investor lantaran ekuitas diperkirakan sudah memerah. Bila net gearing sudah tinggi, emiten harus berupaya untuk menurunkannya.

"Tentu kalau rights issue tidak perlu pinjam ke bank, jadi enggak membayar bunga, enggak menambah pinjaman. Memang, share holder terdilusi, karena ada penambahan jumlah saham," kata dia secara terpisah.

Dia menilai, aksi HMETD lebih menarik bagi emiten lantaran kondisi likuiditas di perbankan sedikit berkurang. Saat ini, dana investasi sebagian besar beralih ke instumen obligasi, surat utang negara (SUN), dan rights issue.

Instrumen deposito, katanya, harus bersaing dengan SUN, terutama lantaran adanya beleid dari OJK soal keharusan Dana Pensiun untuk mengalokasikan 20% portofolio dalam SUN. Sehingga, Dapen menarik dana dari perbankan dan mengalihkan ke obligasi pemerintah. Dengan begitu, likuiditas di perbankan semakin menipis.

Kemudian, sambungnya, bunga deposito juga terus melorot hingga ke level single digit, membuat instrumen itu tak lagi menarik. Yield obligasi yang mencapai 7,2%, tentu lebih tinggi dari BI Rate 6,75%, bahkan nanti dari 7-days repo rate 5,5%.

"Ini sedang bergulir, sehingga likuiditas jadi berkurang. Emiten memilih mencari dana dari pasar modal. Kuartal I/2016, NPL meningkat dan deposito juga turun," jelasnya.

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) Ahmad Baiquni menegaskan kondisi likuiditas di perbankan masih normal. Perseroan telah menyalurkan kredit korporasi senilai Rp150 triliun dari total target Rp189 triliun hingga akhir tahun. “Kondisi LDR normal, sekarang level LDR BNI mencapai 88%,” paparnya.

Berikut rekapitulasi penerbitan saham baru sejak awal 2016 dalam miliar rupiah:

No

Ticker

Jenis

Nilai

1

RMBA

Rights Issue

13.997,33

2

RIMO

Rights Issue

7.520

3

EXCL

Rights Issue

6.733,41

4

BTEK

Rights Issue

5.514,88

5

BNLI

Rights Issue

5.499

6

MEDC

Rights Issue

4.650

7

TOWR

Private Placement

4.188,3

8

AALI

Rights Issue

4.000

9

PWON

Private Placement

2.470

10

WIKA

Rights Issue

2.000

11

BHIT

Rights Issue

1.583,31

12

SUPR

Private Placement

950

13

BLTZ

Rights Issue

850

14

MSKY

Private Placement

769,96

15

BEKS

Rights Issue

619

16

ACST

Rights Issue

600

17

AKSI

Rights Issue

530

18

BABP

Rights Issue

500

19

CSAP

Rights Issue

480

20

BSIM

Rights Issue

439,79

21

SIPD

Rights Issue

400

22

GSMF

Rights Issue

269,39

23

BRNA

Rights Issue

250

24

BBYB

Rights Issue

188,63

25

BINA

Rights Issue

150

26

POOL

Rights Issue

NA

27

AKKU

Rights Issue

NA

28

BMTR

Private Placement

NA

29

BBKP

Rights Issue

NA

30

PNBS

Rights Issue

NA

31

BCAP

Private Placement

384,65

31

JPFA

Private Placement

996,71

32

INPC

Rights Issue

550

33

FREN

Private Placement

70

Sumber: Bursa Efek Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, pengumuman perseroan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper