Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan aluminium asal Rusia, UC Rusal memperkirakan permintaan aluminium di pasar global akan tumbuh 5,3% sepanjang 2016 menjadi 59,6 juta ton atau naik 3 juta ton secara tahunan.
Proyeksi peningkatan permintaan aluminium tersebut didorong oleh ekspektasi pertumbuhan di pasar China yang diharapkan bisa mencapai 7% pada tahun ini menjadi 31 juta ton. Selain itu, peningkatan sektor transportasi diharapkan bisa memberikan kontribusi terhadap peningkatan permintaan aluminium sepanjang 2016.
UC Rusal dalam laporan kinerja kuartal I/2016 menyebutkan dengan harga aluminium saat ini maka ada 5 juta ton dari kapasitas smelter Asia (tidak termasuk China/Ex-China) yang terus merugi.
Akibatnya, produksi aluminium Ex-China diperkirakan melambat 100.000 ton menjadi 26,2 juta ton dibandingkan produksi sepanjang 2015. Kondisi tersebut diperkirakan membuat defisit di pasar Ex-China melebar menjadi 2,4 juta ton pada 2016, padahal pada tahun lalu defisit hanya 1,2 juta ton.
Pada saat bersamaan, produsen aluminium China diperkirakan meningkat pelan sekitar 4,8% pada 2016 yang bakal membuat defisit di pasar global menjadi 1,2 juta ton pada tahun ini, dibandingkan tahun lalu yang surplus 600.000 ton.
Adapun, sepanjang kuartal I/2016, permintaan aluminium di pasar global diperkirakan meningkat 5,6% menjadi 14 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sesuai dengan prediksi ini, permintaan di Ex-China meningkat 2,5% y-o-y.
Peningkatan konsumsi sebelumnya telah terjadi di pasar India yang merangsek 6% secara year-on-year (y-o-y). Selain itu, sejumlah pasar lainnya juga meningkat, yakni Timur Tengah 5,8%, Ex-China 3%, Amerika Utara 2,7% dan Eropa 2,4%.
Permintaan aluminium di pasar Amerika Utara kembali menunjukkan tren positif dengan didorong oleh sektor otomotif yang tumbuh 4,3% pada kuartal I/2016, dengan penguatan di segmen light truck.
Khusus pasar Asia Tenggara, pertumbuhan ekonomi secara rata-rata diperkirakan di kisaran 4,5% pada kuartal I/2016 dengan ekspansi industri manufaktur yang dilakukan oleh vietnam dan Indonesia.
Negara-negara di kawasan Asia mencatatkan pertumbuhan konsumsi sebanyak 3% pada kuartal I/2016, sedangkan konsumsi di pasar China pada periode itu mencatatkan pertumbuhan sebanyak 8,4%.