Bisnis.com, JAKARTA--Harga bijih besi kembali merosot seiring dengan naiknya persediaan di China yang memupuskan prospek meningkatnya permintaan ke depan.
Pada perdagangan Selasa (10/5) harga bijih besi untuk kontrak September 2016 terkoreksi 4,71% atau 19 poin menjadi 384,5 yuan (US$58,979) per ton. menjadi US$57,99 per ton. Angka tersebut menunjukkan sepanjang tahun berjalan harga sudah meningkat sebanyak 23,63%.
Harga melonjak pada April setelah investor China menambah permintaan terhadap komoditas bahan baku logam berjangka. Namun, otoritas keuangan setempat meberlakukan pembatasan perdagangan di pasar logam, sehingga spot harga Metal Bulletin Ltd. merosot 22% dalam waktu tiga minggu.
Data kepemilikan fisik bijih besi dan baja tulangan (rebar) di pelabuhan China pun meningkat. Shanghai Steelhome Information Technology Co. menyampaikan, pekan lalu stok bijih besi naik 1,4% menjadi 99,85 juta ton. Sedangkan persediaan rebar bertambah 1,1% menuju ke 4,22 juta ton, setelah delapan minggu sebelumnya selalu berkurang.
Goldman Sachs Group Inc menyampaikan reli harga tidak akan berlanjut akibat pengetatan pasar baja yang menganggu fundamental bijih besi. Fitch Ratings Ltd. pun berpendapat lonjakan harga baja tidak akan bertahan lama.
Zhou Bo, Analis Everbright Futures Co., mengatakan peningkatan persediaan baja yang tajam juga turut membebani pasar. Alhasil, investor cenderung bersikap wait and see.
JP Morgan dalam publikasi risetnya menyampaikan, dalam beberapa minggu terakhir reli bijih besi ditunjang oleh tiga faktor, yakni ekspektasi membaiknya data ekonomi China, pemangkasan produksi dari perusahaan besar, dan pertumbuhan harga baja. Namun, berlebihnya suplai diprediksi baru akan berkurang mulai 2017.
Proyeksi perbaikan berkelanjutan dari Negeri Tembok Raksasa membuat prediksi harga versi Morgan menguat.
Mereka memperkirakan rerata harga bijih besi pada 2016-2017 senilai US$53 dan US$48 per ton, atau masing-masing naik US$6 dari laporan sebelumnya.
Dari sisi permintaan, konsumsi China bakal terus membaik dengan prediksi permintaan hanya menurun 2% pada 2016 menjadi 784 ton, tetapi akan naik kembali pada 2017.
Sejumlah data yang mendorongnya ialah harga properti, tingkat produksi baja, dan Purchasing Managers Index atau PMI.
"Proyeksi bullish dengan adanya pertumbuhan permintaan dan pengetatan pasokan, harga akan bergerak di kisaran US$55-US$60 per ton hingga 2020," papar Morgan.
Laporan Bank Dunia menyebutkan rerata harga bijih besi pada kuartal I/2016 naik 3% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Namun, pada periode Februari-Maret, lonjakan harga mencapai 33% seiring dengan naiknya harga baja, penyerapan pabrik-pabrik di China menjelang musim konstruksi, dan pengetatan pengiriman ekspor.
Sampai April, reli terus terjadi didorong oleh membaiknya prospek pertumbuhan ekonomi Negeri Panda. Pemerintah setempat memberikan sjumlah stimulus tambahan dan berencana membangkitkan kembali sektor infrastruktur.
Sepanjang 2016 Bank dunia memprediksi harga bijih besi terkoreksi 9% dibandingkan tahun sebelumnya US$55,8 per ton menjadi sebesar US$50 per ton. Prediksi ini meningkat drastis dari laporan Januari yang menyatakan bahan baku baja ini akan merosot hingga 25%.
China Securities International dalam laporannya memaparkan untuk lebih menstabilkan harga, produksi baja di China bakal dipangkas hingga 2017. Produksi pada 2016 diprediksi sebesar 780 juta ton dan 2017 sebanyak 770 juta ton.
Di sisi lain, tingkat konsumsi di dalam negeri diprediksi bakal meningkat.
Ada dua faktor yang memengaruhi tingkat penyerapan domestik, yakni berkurangnya pembangunan properti karena masih banyaknya suplai ruang kosong, dan penggenjotan pembangunan infrastruktur mulai kuartal II/2016.
Persediaan China Naik, Harga Bijih Besi Melunak
Harga bijih besi kembali merosot seiring dengan naiknya persediaan di China yang memupuskan prospek meningkatnya permintaan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
3 jam yang lalu
Historia Bisnis: Upaya Grup Djarum Jaga Dominasi di BCA
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
3 jam yang lalu
Historia Bisnis: Upaya Grup Djarum Jaga Dominasi di BCA
8 jam yang lalu