Bisnis.com, JAKARTA - Harga kacang kedelai melonjak ke level tertinggi dalam 15 bulan terakhir seiring proyeksi adanya pengurangan produksi dari Amerika Serikat sebagai produsen terbesar di dunia.
Pada perdagangan Selasa (3/5/2016) pukul 15.54 WIB, harga kedelai untuk kontrak Juli 2016 meningkat 0,84% menjadi US$1.052,5 per bushel.
Angka tersebut menjadi level tertinggi dalam 15 bulan terakhir dan menunjukkan pertumbuhan 21,29% sepanjang tahun berjalan.
Analis Market Reuters, Karen Braun, memaparkan harga komoditas di bursa berjangka Chicago (Chicago Board of Trade/ CBOT) bergerak liar akibat prospek cuaca panas yang menghalangi pertumbuhan produksi.
Jagung dan kedelai mengalami reli tajam paling signifikan sejak minggu lalu.
Faktor lain yang memengaruhi harga komoditas pertanian ialah pelemahan dolar AS, tingkat ekspor, dan harga minyak mentah yang memanas.
"Namun reli yang terjadi saat ini tampaknya menentang faktor fundamental pasar, karena harga naik secara liar," ujarnya seperti dikutip dari Reuters, Selasa (3/5/2016).
Di antara semua faktor di balik reli baru-baru ini, isu cuaca menjadi pendorong utama.
Perkiraan La Nina membawa kekeringan di Amerika Serikat pada musim panas telah memicu kecemasan pasar yang tidak biasa dalam beberapa bulan ke depan.
Dalam sebulan ke belakang, sentimen pasar tertuju pada volatilitas cuaca di wilayah Amerika Utara dan Selatan.
Kondisi basah menunda jadwal penanaman AS di awal tahun, tetapi pergeseran cuaca panas pada April menyebabkan ketidakpastian.
Pada saat yang sama, tanaman kedelai di Argentina dan Brasil terhadang oleh hujan yang lebat dan penundaan panen.
Meskipun cuaca diperkirakan mengering, pandangan berapa banyak volume yang hilang masih sangat bervariasi.
Reli yang terjadi pada kedelai juga menekan harga minyak kelapa sawit atau CPO.
Dalam empat sesi perdagangan terakhir, harga CPO terus menurun sekitar 4,29% menuju 2.521 ringgit Malaysia per ton pada pukul 15.40 WIB.