Bisnis.com, JAKARTA— PT Indomitra Securities memprediksi pasar obligasi berpotensi menguat terbatas pada Rabu (30/3/2016).
“Pasar obligasi berpotensi menguat terbatas. Namun, secara indikator teknikal analisis, masih dalam tren yang menurun untuk jangka pendek,” papar Head of Fixed Income Division PT Indomitra Securities Maximilianus Nico Demus dalam risetnya hari ini, Rabu (30/3/2016).
Dia memaparkan pasar obligasi secara jangka pendek masih dalam tren penurunan, sehingga perlu dilakukan pembelian dengan waktu yang tepat. Sehingga para pelaku pasar dan investor dapat kembali masuk di harga terendah.
“Data inflasi (dirilis BPS 1 April 2016) ditunggu oleh para investor,” ungkapnya.
Saat ini, lanjutnya, tidak optimisme para pelaku pasar dan investor juga menunjukkan ingin menunggu FOMC meeting yang akan dilakukan April nanti. Paket kebijakan juga tidak banyak memberikan dorongan positif kepada pasar obligasi. Namun, munculnya paket kebijakan XI bisa menjadi katalis positif bagi rupiah yang hari ini dibuka menguat.
Total transaksi dan total frekuensi naik dibandingkan hari sebelumnya. Total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi 10 – 15 tahun, diikuti dengan 20 – 25 tahun dan 1 – 3 tahun. Lelang yang dilakukan kemarin oleh pemerintah juga tidak memberikan dorongan arah secara signifikan, total penawaran yang masuk juga masih lebih rendah dibandingkan lelang obligasi sebelumnya, selain itu yang dimenangkan juga hanya Rp10 triliun.
Imbal hasil obligasi Zona Amerika ditutup bergerak turun. Penurunan imbal hasil tertinggi dipimpin oleh Canada diikuti oleh Amerika. Imbal hasil UST pun ditutup turun menjadi 1,81. Indeks dolar AS ditutup naik tipis dibandingkan hari sebelumnya.
Wilayah Zona Eropa sendiri untuk beberapa pekan terakhir masih melanjutkan penurunan imbal hasil. Sedangkan, wilayah Asia Pasifik, imbal hasil ditutup turun. Obligasi 10 tahun mengalami kenaikkan imbal hasil di angka 7,85, dibandingkan hari sebelumnya 7,83.