Bisnis.com, JAKARTA--Emiten tambang PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) kembali membidik tender proyek pembangkit listrik yang tengah digenjot pemerintah dengan total 35.000 Megawatt, setelah sebelumnya kalah dalam tender proyek 2.000 Megawat senilai US$3,8 miliar.
Direktur Utama Indo Tambangraya Megah Kirana Limpaphayom mengatakan perseroan akan lebih aktif untuk mengikuti tender proyek power plant pada tahun ini. Meski belum ada proyek yang resmi dibidik, perseroan telah memasukkan sejumlah power plant ke dalam pipeline.
"Dulu kami membidik 2.000 MW dengan dana US$3,8 miliar. Pendanaan harus ada dari eksternal," katanya dalam paparan publik, Senin (28/3/2016).
Perseroan telah memiliki komitmen pendanaan dari 35 bank lokal dan asing. Saat ini, pinjaman yang tersedia mencapai US$250 juta dari enam bank, termasuk Citibank dan Standard Chartered Bank.
Manajemen ITMG menegaskan batal membangun proyek power plant lantaran kalah tender dengan perusahaan konsorsium asal China. Tahun lalu, emiten berkode saham ITMG tersebut mengincar dua proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 2x1.000 MW dengan investasi US$3,8 miliar setara Rp49,4 triliun.
Indo Tambangraya Megah memang mengincar proyek power plant 35.000 MW dengan mengikuti tender pembangunan PLTU berkapasitas 2x1.000 MW. Bahkan, ITMG telah membentuk usaha patungan dengan Banpu Plc. dan Rachaburi Electricity Generating Holding PCL dalam mengikuti tender Jawa 7.
Emiten tambang tersebut telah mendapatkan komitmen pendanaan dari sejumlah bank asing bagi keperluan investasi megaproyek power plant tersebut. Investasi proyek power plant bakal merogoh kocek dari kas internal dan pinjaman.
Saat ini, ITMG telah mengoperasikan pembangkit listrik berkapasitas 14 MW bagi kebutuhan internal di Bontang, Kalimantan Timur. Perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/Capex) senilai US$38,4 juta, lebih tinggi 67,6% dari realisasi tahun lalu US$22,9 juta.
Direktur Keuangan ITMG Yulius Gozali menambahkan belanja modal tahun ini akan dialokasikan untuk anak-anak perusahaan. Di antaranya, Indominco Mandiri US$8,6 juta, Trubaindo Coal Mining US$21,6 juta, Bharito Ekatama US$1,2 juta, Trust senilai US$3 juta, Kitadin US$0,1 juta, dan Jorong Barutama Greston US$0,1 juta.
Tahun ini, ITMG memangkas target produksi batu bara sebesar 5,6% menjadi 26,9 juta ton dari realisasi tahun lalu 28,5 juta ton. Pemangkasan target produksi lantaran harga komoditas yang diproyeksi masih rendah pada tahun ini.
"Kami juga menargetkan akan mengakuisi tambang-tambang baru, dana disediakan dari kas internal US$268 juta dan eksternal bila diperlukan. Akuisisi tambang baru, akan menyesuaikan dengan besarnya tambang, kualitas, dan cadangan," imbuhnya.
Manajemen ITMG membidik pertambangan batu bara dengan produksi sekitar 30 juta - 50 juta ton. Kualitas batu bara yang dihasilkan berkisar antara 4.800 kalori hingga 5.000 kalori.
Perseroan pada tahun ini juga membidik volume penjualan sebanyak 28,5 juta ton, naik tipis dari 28,2 juta ton periode sebelumnya. Pangsa pasar Asia seperti Jepang, China, dan India masih menjadi andalan penjualan batu bara tahun ini.
Pada periode 2015, penurunan harga komoditas membuat kinerja laba bersih ITMG ambrol 68,5% menjadi US$63,1 juta dari sebelumnya US$200,97 juta.
Emiten tersebut membukukan koreksi pendapatan 18,17% year-on-year menjadi US$1,58 miliar dari tahun lalu US$1,94 miliar. Harga rerata penjualan batu bara juga terkoreksi 16% dari US$67,1 per ton, menjadi US$56,4 per ton.
Laba kotor melorot 14% menjadi US$350 juta dari US$408 juta pada periode 2014. Gross profit margin turun 1% menjadi 22% dari sebelumnya 21%.
Beban penjualan berhasil ditekan menjadi US$134,13 juta, turun 8% dari sebelumnya US$145,95 juta. Laba sebelum pajak yang diraup ITMG mencapai US$139,44 juta, melorot 46,94% dari sebelumnya US$262,88 juta.
Kemarin, rapat umum pemegang saham (RUPS) memutuskan untuk merombak jajaran direksi dan komisaris perseroan. Kirana Limpaphayom diangkat sebagai presiden direktur perseroan, menggantikan Phongsak Thongampai yang kini menjabat sebagai komisaris.
Pemegang saham juga memutuskan untuk membagikan 99,9% dari laba bersih untuk dividen senilai US$63,03 juta. Sebesar US$57,98 juta setara dengan Rp732 per saham, telah dibagikan sebagai dividen interim pada 26 Oktober 2015.
Sisanya, sebesar US$5,07 juta setara dengan Rp68,05 miliar akan dibagikan sebagai dividen tunai. Saldo laba akan digunakan sebagai pendukung pengembangan perseroan sebagai laba ditahan senilai US$50.000.
Analis PT J.P. Morgan Securities Indonesia Lydia J. Toisuta merekomendasi untuk menjauhi saham ITMG lantaran katalis terbesar untuk saham pertambangan ini adalah kekuatan dan permintaan pasar domestik.
"Kami menilai ITMG akan tertinggal dibandingkan saham perusahaan tambang batu bara lainnya dalam pertumbuhan produksi," katanya dalam riset belum lama ini.
Dia mengatakan, pelaku pasar menunggu adanya ekspansi cadangan ITMG. Pasalnya, umur tambang ITMG hanya 9 tahun. Pelaku pasar disarankan untuk menjual saham ITMG pada level tertinggi ketika mengumumkan pembagian dividen.