Bisnis.com, JAKARTA— Harga batu bara ditutup stagnan atau tidak berubah pada perdagangan Senin (28/3/2016).
Perdagangan batu hitam untuk kontrak April 2016 tersebut sama seperti penutupan kemarin yakni di level US$44,60/metrik ton.
Pasar batu bara mulai mengalami keruntuhannya pada tahun 2011 akibat adanya kelebihan pasokan secara global. Harga jatuh 60% karena konsumen terbesar di dunia, yakni China telah menyusut. Sedangkan, menurut Globalcoal, batu bara termal Asia pun turun ke US$47,37 per ton pada bulan Januari, merupakan harga terendah sejak 2006.
Analis Securities Argonaut (Asia) Ltd di Hong Kong Helen Lau mengatakan permintaan China menurun untuk tahun ketiga. Kekenyangan global akan memburuk jika China meningkatkan pengiriman.
"Untuk pasar di Asia dan produsen utama di negara-negara lain, hal itu akan membawa kesengsaraan tambahan," kata Lau seperti dikutip Bloomberg.
Pemerintah China saat ini ingin menutup sekitar 9% dari kapasitas produksi untuk mengecilkan sektor industri dan membersihkan langit yang tercemar. Itu berarti menolak 1,3 juta pekerja batubara, mempertaruhkan kerusuhan sosial yang ingin dihindari Beijing.
Satu alternatif disebut-sebut oleh provinsi utara Shanxi, yang memproduksi batu bara dari negara manapun selain China, adalah untuk menjaga tambang berjalan dan kelebihan kapal dari luar negeri.
Pergerakan harga batu bara kontrak April di bursa Rotterdam:
Tanggal | US$/MT | Perubahan |
28/3/2016 | 44,60 | 0% |
24/3/2016 | 44,60 | +0,34% |
23/3/2016 | 44,45 | -1,22% |
22/3/2016 | 45,00 | -2,39% |
21/3/2016 | 46,10 | -1,07% |
Sumber: Bloomberg, 2016