Bisnis.com, JAKARTA--Sejumlah perusahaan yang telah melantai di pasar modal menegaskan kesiapan untuk menggarap pengelolaan ladang gas Blok Masela menyusul keputusan presiden yang ingin mengembangkan blok tersebut di darat.
Ladang minyak dan gas yang berlokasi di Maluku tersebut juga diminati oleh badan usaha milik negara (BUMN). Saat ini, kontraktor kerja sama (KKKS) Blok Masela di Laut Arafuru Maluku ditangani oleh Inpex Corporation.
Perusahaan induk yang bergerak dalam sektor energi, PT Rukun Raharja Tbk. mengaku berminat untuk menggarap proyek Blok Masela. Emiten berkode saham RAJA itu memiliki fokus pada jasa penunjang pertambangan migas, pembangkit listrik, konsultan pertambangan, dan lainnya.
Tidak hanya itu, perseroan juga memiliki usaha di bidang eksplorasi pertambangan, termasuk gas, usaha di bidang distribusi bahan bakar, jasa penyimpanan, usaha pengembangan, pengelolaan dan pengoperasian infrastruktur gas, sebagai penyedia dan mengoperasikan pipa transmisi.
Cindy Budijono, Sekretaris Perusahaan Rukun Raharja, mengatakan perseroan memiliki keahlian dalam pembangunan infrastruktur pipa untuk proyek gas onshore. Namun, proyek Blok Masela masih belum dibicarakan dengan manajemen perseroan.
"Kami benar-benar harus mempelajari dulu, sampai sebesar apa, kapasitas berapa. Kalau kemungkinan, ya mungkin, tapi yang pasti saat ini belum ada pembicaraan," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (29/3/2016).
Menurutnya, perseroan memang tengah menargetkan untuk mengembangkan jaringan infrastruktur pipa gas pada tahun ini. Rukun Raharja mengaku menaruh minat untuk menggarap infrastruktur Blok Masela.
Dia mengklaim, salah satu jaringan pipa gas yang terbilang besar milik perseroan berada di Jambi. Perseroan juga tengah membangun jaringan pipa gas di Jawa Timur dari Lapangan Bukit Tua hingga ke PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
"Investasi akan bergantung pada ukuran, panjang pipa, dan lokasi pembangunan pipa. Benar-benar harus dilakukan studi," tuturnya.
Secara terpisah, Augustinus Nugraha Adi, Investor Relations PT Medco Energi Internasional Tbk., enggan berkomentar lebih jauh terkait Blok Masela. Manajemen perusahaan milik Arifin Panigoro itu belum membicarakan rencana turut berpatisipasi dalam proyek blok tersebut.
Perseroan telah membangun infrastruktur pipa gas di Sumatra, sebuah lokasi yang menghubungkan aset gas Medco dengan pembeli. "Mungkin sekarang bisa enggak, kalau proyek bisa sampai 2023, bisa jadi ikut," kata dia.
Senada, salah satu emiten yang memiliki lini usaha dalam produksi pipa bagi perusahaan migas, PT Bakrie & Brothers Tbk., mengaku berminat untuk turut dalam megaproyek blok Masela. Produksi pipa migas emiten berkode saham BNBR itu dilakukan oleh PT Bakrie Pipe Industries.
Emiten induk usaha Grup Bakrie tersebut menyambut baik keputusan presiden yang ingin mengunakan produsen lokal, termasuk pipa, bagi megaproyek Blok Masela. Proyek bernilai miliaran dolar Amerika Serikat itu harus menggunakan komponen produksi dari dalam negeri.
Direktur Utama Bakrie & Brothers Bobby Gafur Umar mengatakan megaproyek jangka panjang tersebut paling cepat bakal rampung pada 2022-2023. Bila telah selesai dibangun, produksi gas harus bisa memenuhi kebutuhan nasional ke depan hingga 25% untuk pembangkit listrik, kebutuhan rumah tangga, kendaraan, transportasi dan lainnya.
"Kami melihat perkembangan saja dulu, perhitungannya perlu dipersiapkan. Kami telah beroperasi lama, kami juga sudah menyuplai pipa ke berbagai negara," paparnya.
Kendati demikian, dia memproyeksi pada tahun ini kinerja BNBR masih akan tertekan ketimbang sebelumnya. Tahun lalu, induk usaha Grup Bakrie tersebut harus menderita rugi bersih sebesar Rp1,74 triliun akibat ambrolnya pendapatan yang dikantongi perseroan.
Pendapatan yang diraup induk Grup Bakrie tersebut ambruk 26,91% menjadi Rp4,66 triliun dari tahun sebelumnya Rp6,37 triliun.
Analis PT KDB Daewoo Securities Indonesia Franky Riyandi Rivan menilai keputusan Blok Masela yang bakal digarap di darat diperkirakan akan diberikan kepada dua BUMN, yakni PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., dan anak usaha PT Pertamina (Persero), yakni PT Pertamina Gas.
"Kalau melihat kapitalisasi pasarnya, seharusnya PGAS. Karena di Blok Masela juga ada Shell dan Inpex," tuturnya.
Begitu pula dengan pipa infrastruktur gas, Franky memerkirakan pemerintah akan memberikan tender pasokan jaringan kepada emiten pelat merah PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Emiten berkode saham KRAS itu dipastikan bakal bersinergi dengan sesama perusahaan BUMN untuk menggarap Blok Masela.