Bisnis.com, JAKARTA - Induk usaha Grup Bakrie, PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR) harus menderita rugi bersih sebesar Rp1,74 triliun pada periode 2015 akibat ambrolnya pendapatan yang dikantongi perseroan.
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis Kamis (24/3/2016) di PT Bursa Efek Indonesia, pendapatan yang diraup induk Grup Bakrie tersebut ambruk 26,91% menjadi Rp4,66 triliun dari tahun sebelumnya Rp6,37 triliun.
Meski beban pokok pendapatan berhasil ditekan 29,69% menjadi Rp2,71 triliun dari Rp2,85 triliun. Total beban justru meningkat 3,2% menjadi Rp6,3 triliun dari Rp6,11 triliun.
Perseroan harus menderita rugi sebelum pajak sebesar Rp1,64 triliun dari tahun sebelumnya masih laba Rp268,13 miliar. Tahun lalu, emiten berkode saham BNBR tersebut juga harus menderita rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp1,71 triliun dari sebelumnya laba Rp151,75 miliar.
Periode 2015, tampaknya menjadi catatan buruk bagi Bakrie & Brothers lantaran harus menderita rugi yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai Rp1,74 triliun dari tahun sebelumnya masih laba Rp155,1 miliar.
Perseroan juga menanggung rugi per saham dasar Rp18,62 dari sebelumnya laba Rp1,65.
Per 31 Desember 2015, total aset Bakrie & Brothers menyusut 18,8% menjadi Rp9,18 triliun dari Rp11,31 triliun. Liabilitas hanya turun 2,8% menjadi Rp13,12 triliun dari Rp13,5 triliun dan BNBR mencatatkan kenaikan defisiensi modal 80,09% menjadi Rp3,93 triliun dari Rp2,18 triliun.
Pada perdagangan Kamis (24/3/2016), saham BNBR ditutup stagnan di level Rp50 per lembar. Selama setahun terakhir, saham BNBR tidak bergerak dan tidak memberikan return dengan kapitalisasi pasar Rp93,72 miliar.