Bisnis.com, JAKARTA— PT Indomitra Securities memperkirakan pasar obligasi berpotensi flat hingga melemah terbatas mengikuti imbal hasil global yang naik pada Selasa (22/3/2016).
“Pagi ini mengikuti imbal hasil global yang naik, pasar obligasi dalam negeri dibuka melemah dan berpotensi bergerak flat hingga melemah terbatas,” papar Head of Fixed Income Division PT Indomitra Securities Maximilianus Nico Demus dalam risetnya hari ini, Selasa (22/3/2016).
Dia juga mengungkapkan pelemahan hari ini dapat ditahan oleh naiknya harga minyak WTI yang dibuka pada level US$41,56 sehingga dapat mendorong komoditas juga ikut naik.
“Meskipun secara teknikal analisis secara tren masih dalam kenaikkan, namun area penguatan mulai terbatas sehingga timbul adanya koreksi,” ucapnya.
Selain itu, lanjutnya, saat ini juga dapat dikatakan memasuki fase konsolidasi dan minimnya sentimen masih membuat pasar obligasi bergerak flat, sehingga para pelaku pasar dan investor cenderung ”wait and see”.
Imbal hasil obligasi zona Amerika ditutup bergerak bervariasi dan memimpin pergerakan imbal hasil lalu diikuti dengan Kanada. Imbal hasil UST pun turun menjadi 1,91 lalu indeks dolar sendiri naik tipis dibandingkan hari sebelumnya.
Di zona Eropa, semua negara kompak mengalami kenaikkan imbal hasil. Sedangkan, untuk wilayah Asia Pasifik, imbal hasil bergerak naik, mengikuti imbal hasil global.
Untuk Indonesia, obligasi 10 tahun mengalami kenaikkan imbal hasil di angka 7,71 dibandingkan hari sebelumnya 7,64. Total transaksi turun, namun total frekuensi naik dibandingkan hari sebelumnya. Masih dalam beberapa pekan, total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi 10 – 15 tahun, diikuti dengan kurang dari 1 tahun karena aktifnya obligasi SR yang akan jatuh tempo. Lalu, diikuti juga dengan obligasi 1 – 3 tahun dan 15 – 20 tahun, sisanya merata di semua tenor hingga lebih dari 25 tahun.